BUMN versus Kementerian versus Perusahaan Swasta

by - March 20, 2015


Nota Dinas:

Alkisah di kantor tempat saya bekerja sekarang, perusahaan BUMN, jika ada surat antar divisi akan dikirimkan berupa Nota Dinas (semacam surat formal gitu).

Cara kerjanya seperti ini: staff muda seperti saya membuat draftnya lewat aplikasi Nota Dinas yang bisa diakses lewat web, draftnya berisi: kepada siapa, dari siapa, tembusan ke siapa saja, dan body suratnya apa saja dari Nota DInas tersebut plus file-file acuan. Lalu saya bisa menentukan pemeriksa Nota Dinas itu siapa saja. Boss di atas saya, lalu Boss nya boss saya, lalu Boss nya boss nya boss saya, dan seterusnya sampai pemeriksa final.

Untuk mencari kepada siapa saja dan ditembuskan ke siapa Nota Dinas itu, bisa pakai aplikasi itu, tinggal klik Divisi nya, cari jabatan orang yang dimaksud. Atau bisa juga dengan search nama orang. Lengkap deh, semua pegawai ada, dari Aceh sampai Papua. Luengkaaapp..

Beres bikin draft, saya submit. Nanti boss saya dan atas-atasnya bisa edit sendiri Nota Dinas tersebut secara online.

Kalau superboss sudah approve, maka Nota Dinas tersebut otomatis terkirim ke setiap pihak yang sudah di-set, dan mereka bisa akses Nota Dinas dari web maupun mobile apps. Canggih kaaannn!

Lalu saya bertanya ke teman saya, staff muda juga di salah satu Kementerian.

Ternyata, di Kementerian tersebut, ealah, Nota Dinas itu diketik pakai word, lalu diprint oleh staff tersebut, kasih ke boss, corat-coret pakai pulpen. Sang staff  ketik ulang lagi, print corat-coret, print corat-coret, sampai sudah OK. Ditandatangani manual. Lalu difotokopi dan salinannya dikasih ke setiap orang yang berkaitan. Kalau ditujukan ke jajaran yang di Papua? Ya dikirim pakai kurir  ke Papua. Nyari orang yang di Papua alamatnya dimana? Pakai Google. Jreng.. Jreng..

Denger hal ini, saya jadi merasa bersyukur kerja di kantor saya sekarang.

Lalu saya tanya teman saya yang kerja di perusahan swasta, “Lu ada Nota Dinas gak?”. Komentarnya: “Apaan tuh Nota Dinas? Di gw mah, kalau ada apa-apa ya kirim email aja."
Gw: "Lha kalau beda divisi?"
Teman saya: "Gak usah beda divisi, kalau urusannya ma Direktur Cabang Hongkong pun, yaaa gw yang email pun gakpapa. Gampang kan?”

Dan saya pun cuma melongo.

NB:
Saya tanya ke teman, staff di BUMN lain, kalau di tempat dia seperti apa, tanggapannya:  "Kalau di gw sih baru bagian barat yang online Nai. Kalau yang di lapangan atau buat orang-orang angkatan lama, tandatangan asli lebih sakti. Jadinya dikirim deh"

Aih dilema Nota Dinas..

You May Also Like

3 comments

  1. Rituit temen lw, nek! Apaan tuh Nota Dinas? wkwkwk

    Gw harap pegawai kementerian/lembaga negara bisa dibikinin email institusi, organise email pake outlook, supaya cepet dan efisien kayak di swasta.

    Setiap minta kontak email pasti domainnya yahoo/gmail, di situ kadang saya merasa sedih :p

    BUMN lw karyawannya dibuatin email juga gak nai?

    ReplyDelete
  2. Dibikinin dunkkk, udah lengkap semua. Walau terkadang gw bandel, tetep ngirim email pakai gmail. Hahahahaha..

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ya Nai.. ternyata disini better ketimbang di tempat lain. Ternyata rumput tetangga nampak lebih ijo cuma fatamorgana :)))

    ReplyDelete