Melahirkan Nuf

by - July 23, 2019

Melahirkan Nuf itu.. Kayak naik mobil di film Fast and Furious.. Wkwkwk, kok bisa gitu? Hari-hari menuju Nuf lahiran saya benar-benar tidak istirahat sama sekali. Harus pindahan dari Jakarta ke Bandung. Masih beberes sana-sini. Lalu mendadak disuruh lahiran lebih cepat dari HPL tanpa persiapan. Abis lahiran, juga langsung pusing ngurusin bayi.. Kayak tancap gas terus menerus tanpa henti dengan berbagai manuver mengendarai mobil, wkwkwk..

Hari Perkiraan Lahir (HPL) Nuf itu 6 November 2018. Nah karena saya dan suami harus pindahan dulu dari Jakarta ke rumah Bandung, jadi saya ambil cuti melahirkan (cuhir) dari 2 minggu sebelumnya. Jadi Jumat, 19 Oktober 2019 adalah hari terakhir saya kerja sebelum cuhir, sekaligus hari terakhir saya di divisi saya yang di Jakarta. Agak sedih sih ini, setelah 7,5 tahun di Jakarta, akhirnya pindah dan balik ke Bandung. Setelah lama juga di divisi kesayangan saya ini, akhirnya harus berpisah. In every hello, there is a goodbye, hiks..

Dari hari Jumat hari terakhir itu sampai Minggu pagi, saya dan suami kerja rodi packing semua barang di apartemen yang sudah kami sewa di Jakarta sejak awal nikah. Minggu pagi, kami say goodbye ke apartemen, meninggalkan Kota Jakarta... Ah Jakarta, even though sometimes I hate, but I will always love you. Cup cup muah Jakarta tercinta.. Balik ke Bandung, saya harus beberes lagi di rumah, dibantu sama mertua dan saudara. Naik turun tangga dkk, bawa barang ini tu, dengan kandungan sudah besar banget, wah sesuatu.

Hari Senin, saya dan suami ke Yakes Telkom (Klinik Telkom) untuk mengurus kelahiran di Bandung. Dan itu dipingpong sana sini, karena ternyata saya seharusnya mengurus perpindahan lokasi lahiran di Yakes Jakarta. Jadi harus kontak orang Jakarta lah, minta nota dinas perpindahan lah,  terus lama aja deh gitu. Balik ke rumah, beberes lagi.

Hari Selasa, saya dan suami ke Rumah Sakit Al Ihsan di Baleendah, tempat untuk lahiran nanti, ketemu sama dokternya yang nanti untuk melahirkan. Rumah sakitnya ini 1,5-2 jam dari rumah saya di Sukagalih, milih disitu karena tempat ibu saya kerja dan dekat rumah orang tua, biar gampang kalau ada apa-apa.

Ketika di USG, kata dokter kandungan sepertinya ada pengapuran pada plasenta. Pengapuran ini menyebabkan nutrisi dari ibu terhambat untuk masuk ke bayi. Makanya berat janin di kandungan saya selalu di batas ambang bawah dari awal kandungan. Setelah saya makan ini itu, makan es krim tiap hari, juga berat bayi tidak bertambah signifikan. Padahal berat badan saya sudah naik jauh hampeir sebanyak 21 kg dr awal kehamilan. Sebenarnya pengapuran ini umum terjadi pada kandungan, tapi belum tahu di saya levelnya sudah gawat atau belum Dokter minta saya kembali lagi dalam 3 hari, untuk mengecek kembali perkembangan janin.

Hari Rabu dan Kamis, kami lanjut beres-beres di rumah. Rumah yang saya tempati adalah rumah orangtua dulu ketika masih di Kota Bandung, jadi banyak barang lama yang harus disingkirkan. Jadi harus saya sortir satu per satu. Belum harus menempatkan barang-barang suami dan saya miliki di Jakarta di rumah ini.

Hari Jumat, kami balik lagi ke Rumah Sakit Al Ihsan. Sebelum periksa ke dokter, saya dicek pakai cardiotocography (CTG) dulu. CTG alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan kontraksi rahim saat bayi dalam kandungan. Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan pada bayi sebelum atau selama persalinan. Hasilnya kayak hasil rekam jantung gitu, ada grafik denyut jantung bayi.

Pas periksa lagi ke dokter dan di USG, ternyata gak ada penambahan berat badan pada janin. Hasil CTG juga tidak bagus, saya harus melahirkan secepatnya agar tidak gagal janin. Kaget saya dan suami, karena kami hanya bawa perlengkapan persiapan lahiran. Semua masih di rumah Sukagalih, tapi saya harus segera mungkin bersalin.

Pada awalnya dokter menyarankan untuk lahiran normal. Lalu diinduksi jam 2 siang, saya agak lupa apa dimasukkan ke infus atau ke bawah untuk obatnya. Dicek tiap 6 jam. Malam dicek lagi pakai CTG, belum ada tanda mulas-mulas. Denyut di CTG untuk bayi juga normal-normal ada, kayak gak mau keluar. Jam 2 malam dicek lagi, dari hasil CTG, tidak ada perubahan berarti pada denyut jantung bayi. Saya harus dicesar.
Sabtu pagi, jam 06.00 saya masuk ruang operasi untuk cesar, lalu 15 menit kemudian lahir lah Nuf. Terdengar tangisan pertama Nuf, alhamdulillah… Nuf langsung dibawa, jadi tidak Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Saya juga jadi ngantuk, kata suster atau dokter, tidur saja. Saya nanya balik “Takut ah nanti gak bangun lagi”, kata suster atau dokter itu “Enggak, gakpapa kok” Akhirnya saya tidur.

Ini dia penampakan Nuf pas baru lahir

Bangun-bangun saya sudah di ruang OK, dingin. Balik ke kamar, badan rasanya sakit banget, bekas operasi kerasa, saya sampai mengigil saking sakitnya, badan juga dingin. Suami memegangi tangan saya, namun karena harus mengubur ari-ari anak di rumah, digantikan oleh mertua. Abis itu, mungkin biusnya ditambah, baru tidak terasa sakit lagi.

Kira-kira begitulah kisah melahirkan, lalu roller coastern

You May Also Like

3 comments

  1. Hi mbak, waktu di rs al ihsan itu penanganannya sama dokter perempuan/laki2 atau bisa milih gitu ya? Dan kalau boleh tau kisaran harganya berapa. Makasih banyak mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga, maaf late response ya.. Saya pilih dokter kandungannya perempuan, dr. Jatu namanya.. Kalau untuk lahiran, saya full ditanggung kantor mbak, jadi cuma bayar kelebihannya karena naik kelas, jadi gak tahu harga fullnya sebenarnya berapa

      Delete
  2. Ahahahaha, takut gak bangun lagi! agak horor gt ya kebanyakan denger cerita yg karena tidur malah keterusan :))

    ReplyDelete