Naila's Timeline

live . love . laugh

Powered by Blogger.
  • Home
  • About me

Sebelum pergi ke Budapest, yang ada di bayangan gw tentang kota ini adalah kota jadul di Eropa dengan kastil yang menjulang dan hutan-hutan gelap ala-ala film The Lord of the Rings, lalu Hugh Jackman, eh Van Helsing, datang dan berusaha menumpas Raja Vampir yang telah berkuasa dan bercokol di istana selama ratusan tahun tanpa ada yang berani mengusik.

(Sepertinya gw terlalu terobsesi dengan vampir sejak film vampir China mendarat di layar kaca Indonesia tahun 1990an :p)

Namun, setelah gw cek, ternyata asal muasal Vlad Dracula adalah di Romania, bukan di Hongaria. Jadi kalau mau cari Vampir, harusnya gw ke Bucharest, bukan Budapest. Hiksss... Salah tempaattt..

Hari Kesepuluh
Berangkat dari Praha jam 11 malam, melewati hutan gelap, jalan setapak, dikejar-kejar serigala, dan harus sembunyi di gubuk tengah hutan dahulu. Akhirnya, pagi buta gw berhasil sampai Budapest, fyuhhh.. (Naik bus deng gw, tidur manis, dan gak inget ngelewatin apa saja hehehe).

Gw nunggu di stasiun kereta Könyves Kálmán, sebelum dijemput oleh temannya orang kantor. Agak kumuh stasiunnya. Model keretanya juga yang kuno gitu, tapi sepertinya memang sengaja tidak diperbarui agar ada nostalgia masa lalu.

Sesampainya di apartemen, hari pertama itu benar-benar gw habiskan untuk istirahat karena kram perut. Dan perlu recharge juga setelah berhari-hari jalan terus, mumpung lagi di tengah-tengah perjalanan.

Hari Kesebelas dan Keduabelas (mulai pegal merinci hari per hari hehe)

Kesan tentang Budapest: Budapest itu mirip Praha, sama-sama ada sungai membelah kota, sama-sama ada kastil besar, sama-sama berisi bangunan-bangunan cantik, tapi dengan ukuran yang lebih besaaaaarr... Kalau gw sih nyebutnya Mega Praha.

Kira-kira petanya seperti ini

Budapest, awalnya terdiri dari Kota Buda dan Kota Pest yang dibelah oleh sungai Danube, lalu dihubungkan dengan jembatan sehingga menjadi 1 kota, yaitu Budapest. Ada beberapa monumen dan bangunan yang terkenal di kota ini, namun sebagian besar terkonsentrasi di sekitar sungai Danube,  antara lain:

Hero's Square

Opera House

Basilika Santo Stefanus 


Gedung Parlemen


Berdasarkan info dari sini, Istana Buda adalah kompleks istana raja-raja Hongaria di Budapest yang selesai dibangun pada tahun 1265. Dulu, istana ini dikenal dengan nama Istana Kerajaan dan Kastil Kerajaan. Istana Buda dibangun di bagian selatan Bukit Kastil dan dibatasi oleh Distrik Kastil (Várnegyed) di utara. Istana ini terkenal akan rumah, gereja dan bangunan umumnya yang bergaya Abad Pertengahan, Baroque dan abad ke-19. Istana Buda terhubung dengan Clark Ádám Square dan Jembatan Rantai Széchenyi melalui Budavári Sikló, sebuah jalur kereta funikular. Istana ini merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia Budapest yang dideklarasikan pada tahun 1987.

Banyak banget tempatnya.. Setiap jalan selalu disapa dengan bangunan cantik di setiap sudutnya. Sayangnya disini tidak berhasil menemukan walking tour, dari segi jarak memang tidak bisa menjangkau banyak tempat dalam waktu cepat seperti di Praha. Tetapi, enaknya, turisnya tidak terlalu banyak, jadi bisa lebih leluasa.

Hari Ketigabelas
Hari terakhir di Budapest, waktunya kembali berpindah ke kota baru, yaitu... Salzburg.

*sebenarnya postingannya belum lengkap, tapi udah keburu diupload. Nanti akan ditambah lagi ya untuk postingan ini*
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Sebelum cerita tentang Amsterdam dan Den Haag. Pertama, gw akan cerita dulu perjalanan sampai mendarat di negeri Belanda.

Penerbangan gw untuk berangkat dari Jakarta ke KL yaitu Malindo Air pukul 13.10 sampai dengan 15.30. Dari pagi, gw udah nongkrong di Bandara Soekarno-Hatta supaya tidak terkena macet dan bisa check-in dengan leluasa. Dann.. Penerbangannya sedang bersahabat pada hari itu, jadinya lancar dan tanpa delay sama sekali:)

Di KL, karena gw ganti penerbangan ke Turkish Airline, jadi harus keluar imigrasi dahulu, mengambil bagasi, dan balik check-in lagi, drop bagasi, dan kembali masuk lewat imigrasi.

Akan tetapi, ternyata antri imigrasi untuk keluar di bandara KL perlu waktu sampai dg 2,5 jam! Belum lagi harus kembali antri check-in dan imigrasi kembali untuk ke arah Belanda. Untung saja waktu transitnya 5 jam, kalau di bawah itu waktunya, pasti sudah ketar-ketir takut ketinggalan penerbangan selanjutnya.

Dari KL, butuh waktu 12 jam untuk sampai di Istambul. Transit 2 jam, lalu lanjut lagi penerbangan ke Amsterdam selama 4 jam. Dan.. Akhirnya sampailah gw di benua Eropa.

Airport fashion 2016: baju gembel tapi nyaman, biar enak di pesawat belasan jam

Hari Pertama
Sampai di Schipol International Airport, dengan muka penuh lelah, gw mampir dulu ke stand Ako, untuk membeli 4 days transport ticket pass. Dengan tiket ini, gw bisa naik trem dan bus apapun selama 4 hari di Amsterdam, namun tiketnya tidak meliputi tiket untuk pergi dari Schipol ke Central Station. Beruntung tempat yang gw tuju bisa dijangkau dengan bus, jadi tidak perlu beli tiket terpisah.

Dari Schipol, gw naik bis ke rumah kenalan Tante di daerah Osdorp. Disana bertemu dengan sang pemilik rumah yang ramah dan baik hati, bahkan disuguhi makan siang. Setelah mandi dan beres-beres sebentar, jam 2 siang gw udah siap untuk melipir ke tengah kota.

Cuaca hari itu cukup cerah, gw kembali naik bus untuk pergi ke daerah tengah kota. Tujuan pertama ke Dam Square dan Central Station. Gw yang belum bermodalkan tongsis, akhirnya terpaksa minta diambilkan foto oleh sesama turis di tempat-tempat itu.
 
Dam Square yang selalu penuh (itu bajaj hijau sepertinya mobil pembersih sampah)

Depan Central Station

Sempat juga diajak ngobrol oleh orang Sudan, yang ternyata berakhir dengan ajakan makan malam (dengan cepat gw tolak dengan alasan “Teman gw sudah nunggu! Dadah” terus langsung lari kabur). Lalu, naik canal cruise. Ngintip-ngintip red light district mumpung masih sore hehehe, jadi belum keluar para penghuni di balik kacanya. Terus gw ketemu sama bapak-bapak Garuda yang lagi pelatihan dan kita muter-muter ke Rembrandt Park dkk.
 
Di dalam canal cruise 
 
Kata audio guidenya, foto tempat ini sering dijadikan foto kartu pos, kaena ada 7 jembatan berjejer (apa gak sampai 7 ya? #mulailupa). Tapi apa daya, gw ga jago foto jadinya begitu deh hasilnya

 Numpang makan di Rembrandt Park
Akhirnya hari pertama berlalu dengan lancar. Balik ke rumah, disambut dengan gulai kepala kerbau, yang seumur-umur di Indonesia gw gak pernah makan (feel so much welcomed! More home than home!). Untungnya gak jetlag juga, jadi malam-malam langsung sukses tidur pulas. Zzzzz....

Hari Kedua
Tujuan perjalanan gw di hari kedua adalah Den Haag, kota yang berjarak 66 km dari Amsterdam. Berdasarkan info dari sini, Den Haag adalah salah satu kota paling luar biasa di Belanda. Bukan hanya sebagai kota pemerintahan, namun juga karena banyaknya bangunan, distrik bersejarah, dan lokasinya yang dekat dengan garis pantai Laut Utara yang indah. Den Haag juga dikenal sebagai ‘Kota Kerajaan di Tepi Pantai’ (‘Royal City by the Sea’), dan disebut sebagai ‘kota kediaman’ (‘residence city’) karena banyaknya anggota Keluarga Kerajaan Belanda yang tinggal di lingkungan yang elok ini.

Hari itu, sebelum pergi ke sana gw diajak dulu oleh keluarga tempat gw menginap untuk membeli tongsis dan paket data. Sepertinya mereka agak khawatir mendengar cerita gw muter-muter sendirian di hari sebelumnya, jadi mending beli paket data biar bisa dihubungi dan pakai tongsis biar gak usah minta orang lain fotoin, hahaha.

Sesampainya di Central Station Den Haag, gw beli tiket untuk one day trip transport di tourist center.

 Stasiun utama Den Haag

Lalu naik trem ke Madurodam. Ternyata gw salah perhitungan, kalau ambil tiket one day pass, bisa mengunjungi Madurodam. Tapi gw malah beli ketengan, one day trip sendiri dan entrance fee Madurodam sendiri, jadi jatuhnya lebih mahal.

Apa itu Madurodam? Bukan, ini bukan tempat jualan madu, bukan juga daerah tempat tinggal orang Madura di Belanda. Madurodam adalah sebuah kota miniatur yang terletak di Scheveningen, Den Haag, yang berisi angunan-bangunan khas Belanda dan landmarks seperti yang ditemukan di berbagai lokasi di negara tersebut. 

 
Isinya emang banyak sekali, dan tertata dengan rapih. Madurodam terbagi menjadi tiga area bertema: StedenRijk, WaterRijk, dan VindingRijk. StedenRijk memamerkan sejumlah bangunan terindah dari dalam kota tua di Belanda. WaterRijk memiliki konsep "air sebagai teman dan musuh", sementara VindingRijk menunjukkan "Belanda sebagai sumber inspirasi dunia" (arsitektur, inovasi, olahraga, hiburan, serta desain).

Keluar dari Madurodam, bermodalkan peta dari tourist center gw jalan kaki kelilingi kota itu.
 
Mauritshuis, musium lukisan-lukisan pelukis abad ke-17 dan 18 dan juga rumah dari lukisan ‘Girl with a Pearl Earring’

 
Foto bareng abang-abang penjaga 
 
 Inside Het Binnenhof

Numpang shalat di Palestuin Park (taman istana) yang  terletak tepat di belakang Noordeinde Palace

 Peace Palace yang masih digunakan oleh Mahkamah Internasional, Pengadilan Arbitrase, Perpustakaan, dan juga oleh Akademi Hukum Internasional Den Haag

 Nontonin Prince William naik sepeda

Di Den Haag, cukup jalan kaki kemana-mana, kecuali dari Madurodam ke tengah kota dan ketika kembali dari Peace Palace ke stasiun. Kembali naik kereta ke Amsterdam, ketemu Bapak-Bapak Belanda yang ternyata dulu pernah kerjasama dengan PMI Salemba, bahkan suka banget sama salah satu masakan di warung UI salemba. Sampai di Amsterdam gw mampir dulu ke Iamsterdam depan Rijk Museum. Lalu kembali ke rumah.

 Spot wajib buat foto

Kesan tentang Den Haag:
Lebih suka kota ini dari Amsterdam! Kotanya tidak terlalu besar, bisa jalan kaki kemana-mana, dan enak banget buat sepedaan. Jauh lebih tenang dari Amsterdam. Orangnya juga ramah-ramah (soalnya beberapa kali nyasar, mereka duluan yang nyapa buat menunjukkan jalan).

Hari Ketiga
Hari ini terakhir di Belanda. Pilihannya saat itu antara pergi ke Zaansche Hans (desa kincir angin, 21 km dari Amsterdam) atau Volendam (kota Nelayan kuno, 20 km dari Amsterdam dan juga tempat foto dengan baju Belanda). Berhubung gw perginya sendiri banget, kayaknya kok agak geje ya kalau foto pakai baju belanda sendirian, hehehe. Akhirnya gw memutuskan untuk pergi ke Zaanse Schans.

Untuk pergi kesana, tinggal naik kereta dari Central Station dan turun di stasiun Koog-Zaandijk. Lalu jalan 10-15 menit melewati desa Zanndijk.
 
Jalan menuju Zaanse Schans

Apa daya, sesampainya disana ternyata hujan. Bermodalkan payung yang udah rusak, gw pantang menyerah, tetap jalan sampai ke kincir angin yang paling ujung di bawah guyuran hujan dangdut.
 
Awan menggelayut di kejauhan 

 Di balik kincir-kincir angin 

  
Tangan kanan payung, tangan kiri tongsis (sukses dilihatin orang-orang yang lewat)
Peta Zaanse Scahns
Setelah sampai kincir angin yang paling ujung, lalu kembali lagi ke daerah pedesaannya, gw mampir ke toko keju setempat. Disana bisa nyobain tester sleuruh jenis keju. Dan ternyata enaaakkk, apalagi yang truffleee, padahal gw gak suka keju, mungkin efek kehujanan dan kelaparan, segalanya jadi enak hahaha..

Isi toko keju

Dari Zaanse Schans, gw balik ke Amsterdam lalu melipir ke apartemen temannya teman kakak gw (see, modal nekat banget kan, mana pernah di Indonesia, gw mampir-mampir rumah orang gak dikenal).

Lumayan dapet makan gratis, terus maen-maen ma anak-anaknya (yang biasanya gak gampang nempel orang, tapi mau nempel ma gw)… Tapi 30 menit kemudian gw dimuntahin anak-anak itu, wkwkwkw.. Nasib tante cantik (iya iya gak ada hubungannyaa).
Dari situ, gw balik ke rumah, lalu diantar ke stasiun Sloterdijk malam-malam. Untuk naik bus ke Berlin dengan bermodalkan keramahan orang Belanda dan cumi-cumi dari orang rumah.

Kesan-pesan tentang Belanda:
  • Yaa, gw cuma sesaat sih disana. Tapi for sure, orang Belanda ramah banget, paling ramah di seantero negeri Eropa yang gw kunjungi. Kalau ditanya jawabnya dengan senang hati dan sangat jelas. Dan jago bahasa Inggrisnya.
  • Makanan: gw cuma nyoba kentang itu (apa ya namanya lupa). Berhubung lagi backpacker mode: on, gw lebih banyak makan roti dan juga udah bawa air dari rumah
  • Transportasi: trem versi Belanda yaitu semacam bus panjang tapi sudah ada jalurnya di jalan raya (di negara lain ada yang menyebut kereta sebagai trem). Tremnya sudah modern, cepat, dan menjangkau kemana-mana. Sistemnya pas masuk harus nge-tap dan pas keluar nge-tap lagi. 
Begitu kisah di Amsterdam, next part (trip di Berlin), bisa dibaca disini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Seperti yang sudah ditulis disini, pada part ini gw akan cerita cara membuat Visa Schengen. Untuk trip ke Eropa ini, gw apply Visa Schengen ke Kedutaan Prancis, melalui agen yang mereka tunjuk langsung yaitu TLS Contact.

Tata caranya yaitu mendaftar di web TLS Contact, dimana pelamar Visa bisa menentukan waktu pertemuan di TLS Contact. Tidak lupa membawa semua berkas prasyarat Visa pada saat pertemuan. Semua berkas yang masuk ke TLS Contact, akan dikirim ke Kedutaan Prancis, untuk menentukan apakah permintaan visa akan disetujui atau ditolak.

Untuk apply Visa Perancis ini, beberapa hal yang gw persiapkan secara khusus yaitu:
1. Membeli asuransi perjalanan
Asuransi perjalanan gw beli secara online melalui di website AXA Mandiri.

2. Booking Hotel untuk Visa
Karena apply Visanya melalui kedutaan Prancis, maka gw membuat itinerary sementara, dimana jumlah hari di Perancis (Lyon dan Paris) paling banyak dibanding negara lainnya di Eropa. Setiap Hotel gw booking lewat Booking.com atau Agoda.com dengan Free Cancellation. Nah, itinerary yang gw buat untuk apply visa seperti ini:

Dasar ya gw nya tukang rempong, bikin itinerary kok gak yang simpel aja gitu. Misal. 5 hari di Belanda, 5 hari di Jerman, dan 9 hari di Prancis.Kan gak usah ribet konfirmasinya.

3. Konfirmasi Booking ke Setiap Hotel
Setelah beres urusan booking hotel, gw juga mengirim email ke tiap hotel untuk mendapat konfirmasi kalau pesanannya sudah tercatat di Hotel itu. Jadi itinerary di atas dan juga hasil konfirmasi dari tiap hotel gw lampirkan dalam dokumen apply visa. Terkadang dalam 1 kota gw booking lebih dari 1 hotel, karena hotel yang pertama tidak kunjung membalas email permintaan konfirmasi.

Beberapa hotel emang rencananya bakal gw inapi, tapi sebagian besar gw cancel setelah urusan Visa beres (maaf banget yaaa mbak mas hotel, sudah repot-repot meluangkan waktunya untuk membalas email gw).

Contoh email konfirmasinya seperti ini:

Subject: Request for Confirmation of Booking at Hotel A - Naila Fithria
Dear Hotel A,

My name is Naila Fithria and I already booked a room for X nights (DD-DD MM YYYY) in your hotel via xxxx.com, with booking number xxxxxx. Guest name is Naila Fithria.

Regarding that, would you inform me, is my booking already confirmed in your hotel? Because there will be random call from French Embassy to make sure that I will stay in your hotel on those dates.

Please confirm. Thank you for your kind attention.

4. Menyiapkan Slip Gaji dan Surat Keterangan Kerja
Untuk slip gaji kantor, jaga-jaga gw terjemahkan ke bahasa Inggris, padahal aslinya dalam bahasa Indonesia, hehehehe. Contoh surat keterangan kerja yang gw buat seperti ini:

Jakarta, MM DD, YYYY                                                                 No: xxxxxx


To:
French Embassy in Indonesia
Visa Section
Jl. MH. Thamrin no. 20
Jakarta Pusat 10350

Subject: Recommendation Letter for Visitor Visa Application

To whom it may concern,
Herewith to certify that:
Name                                    : Naila Fithria
Pasport Number                   : xxxx
Date of Birth                        : MM QQ, YYYY
Address                                : xxxx
Salary                                  : Rp xxx per month

Is  a  permanent employee  of  [Company Name] since  MM DD, YYY as [Position Name] at [Division name] with employee number [Employee Number].

This letter was issued based on the employee request for the purpose of applying visa to visit European countries, including your country, from MM DD, YYYY until MM DD, YYYY. We herewith confirmed that all costs incurred during the employee’s trip to France or Europe will be borne by the employee herself and that the employee will continue working in our company after the completion of her trip.

We trust this information will be sufficient for your requirements. And it would be very appreciate if you could grant her the necessary visa at your earliest convenience.

Thank you very much for your kind attention and cooperation.

Yours sincerely,
[Company name]
[Division Name]



[Supervisor name]
[Supervisor Position]




5. Menyiapkan rekening bank
Salah satu syarat untuk apply visa adalah surat referensi bank. Untuk mendapatkannya, gw datang ke cabang bank tempat gw membuat tabungan (kebetulan dekat kantor) dan minta dibuatkan surat referensi. Kalau di Bank Mandiri, harganya sekitar Rp 50.000,-. Gw juga legalisir hasil fotokopi buku tabungan selama 3 bulan terakhir.

Semua berkas gw lengkapi. Untuk dokumen seperti Akte Lahir walau tidak wajib, tapi jaga-jaga tetap gw bawa. Semua berkas yang asli, seperti Kartu Kelurga, buku tabungan, KTP, dkk tetap gw bawa.

Ketika gw datang ke TLS Contact, prosedurnya yaitu:
  1. Menyimpan semua barang di loker kecuali untuk apply Visa
  2. Mengumpulkan berkas di loket (gw gak tahu apa karena itinerarynya sudah jelas atau gimana, tapi gw gak ditanya sama sekali)
  3. Ke booth foto, dimana hasil fotonya yang akan terpampang di Visa yang menempel di paspor (so, jangan lupa dandan yang cakep dan cantik ya)
  4. Ambil barang yang disimpan di loker
Terus sudah deh, tinggal menunggu kabar melalui email, apakah visanya sudah jadi atau belum. Waktu gw apply visa ini, Rabu pagi berkas gw masukin, Jumat siang udah dapat email kalau berkas sudah dikembalikan dari Kedutaan ke TLS Contact. Akhirnya Senin pagi gw ambil, dan voila! Visa disetujui.. Horeee!

Oiya, sesuai dengan info dari sini, dokumen yang harus dilengkapi seperti di bawah ini (kolom "status" gw tambahkan sendiri, mana yang sudah siap, dan mana yang tidak perlu gw sediakan) :

No.
Dokumen
Deskripsi
Status



1.
Formulir permohonan Schengen, asli
Download / Simpan di komputer.
 
Diisi dengan lengkap, dengan tanggal dan ditandatangani oleh pemohon di kedua kolom tanda tangan (kolom 37 DAN kolom tanda tangan dibagian bawah pernyataan dihalaman terakhir). Untuk anak-anak dibawah umur, kedua orang tua harus menandatangani formulir aplikasi visa.
 
OK

2.
2 lembar foto yang sama dan baru
 
Ukuran 3.5cm x 4.5cm, foto berwarna dengan latar belakang putih, diambil dalam 6 bulan terakhir
 
OK
 3.
Tiket perjalanan pulang pergi dari Indonesia, fotokopi
 
Konfirmasi pemesanan tiket pulang pergi dari Indonesia.
 
OK








4.
Asuransi perjalanan, asli
Asuransi perjalanan, fotokopi
 

Asuransi perjalanan dengan perlindungan minimal sebesar 30.000 Euro yang mencakup seluruh durasi perjalanan anda selama di area Schengen harus mencakup biaya pengobatan, perawatan rumah sakit darurat serta repatriasi untuk alasan medis.

Mengenai wilayah cakupan asuransi perjalanan Anda : harus mencantumkan Schengen, Worldwide atau Europe dan secara khusus salah satu dari ketiganya jika anda ingin mengajukan visa jangka pendek / berlaku di Perancis jika anda ingin mengajukan visa jangka panjang / berlaku di DROM/CTOM jika anda ingin pergi ke wilayah luar teritorial Perancis.

Silahkan buka daftar asuransi perjalanan yang diterima.
 
OK

5.
Konfirmasi pemesanan tempat tinggal (hotel, apartemen), fotokopi
 
Bukti konfirmasi pemesanan tempat tinggal untuk setiap malam selama di Negara Schengen.
 
OK


6.

Buku tabungan pemohon, asli
Buku tabungan pemohon, fotokopi
 


Melampirkan referensi bank dan setiap lembar fotokopi tabungan di legalisir oleh pejabat bank yang berwenang untuk membuktikan kemampuan keuangan pemohon dalam menanggung biaya-biaya selama di Negara Schengen, dan untuk anak dibawah umur melampirkan fotokopi buku tabungan orang tua.
 
OK





7.
Surat keterangan pensiun, asli

Surat sumpah pensiun, fotokopi

Surat sumpah pensiun, terjemahan

(Diperlukan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Prancis)
 
Jika status pekerjaan pemohon adalah pensiun
Surat keterangan resmi yang menyatakan pensiun, nama dan alamat perusahaan terakhir, lamanya kerja yang terakhir, dan jumlah gaji yang terakhir, surat ini dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
 
TIDAK PERLU





8.
Surat keterangan bekerja, asli

Surat keterangan bekerja, terjemahan

(Diperlukan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Prancis)
Surat keterangan bekerja asli dari perusahaan yang menyatakan nama, jabatan, dan gaji pelamar visa, , alasan dan tanggal perjalanan dan siapa yang akan bertanggung jawab atas dukungan keuangan selama perjalanan. Dokumen ini harus tertera alamat, nomor telepon dan fax perusahaan, cap perusahaan, dan tanda tangan, nama dan jabatan orang yang mengeluarkan sertifikat tersebut
 
OK





9.
Slip gaji 3 bulan terakhir, asli

Slip gaji 3 bulan terakhir, fotokopi

Slip gaji 3 bulan terakhir, terjemahan

(Diperlukan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Prancis)
 

UBAH JADI BAHASA INGGRIS




10.
SIUP Perusahaan, asli

SIUP Perusahaan, fotokopi

SIUP Perusahaan, terjemahan

(Diharuskan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Perancis)
 
Ijin bisnis, kode oraganisasi atau sertifikat lembaga hukum, yang menyatakan nama pelamar, tujuan organisasi.
Atau sertifikat dengan fungsi yang sama. Tidak diperlukan untuk pekerja bebas
TIDAK BISA

11.
Rekening bank perusahaan 3 bulan terakhir, fotokopi
 
Di legalisir oleh pejabat bank berwenang
TIDAK BISA



12.
Bukti penggantian nama pemohon atau orang tua pemohon, fotokopi

Bukti penggantian nama pemohon atau orang tua pemohon, terjemahan
 
Jika diperlukan, dalam bahasa Perancis atau Inggris
TIDAK PERLU





13.
Surat keputusan perwalian anak oleh administrasi Indonesia (atau sertifikat wafat orang tua), fotokopi

Surat keputusan perwalian anak oleh administrasi Indonesia (atau sertifikat wafat orang tua), terjemahan

(Diwajibkan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Prancis)
 
Untuk pemohon visa dibawah umur (dibawah 18 tahun)
Surat ini wajib dilampirkan jika salah satu orang tua diberikan wewenang mengijinkan salah satu orang tua mendampingi anak dalam perjalanan atau sertifikat wafat orang tua yang lain dengan terjemahan
TIDAK PERLU




14.
Surat persetujuan orang tua,asli

Surat persetujuan orang tua, terjemahan

(Dalam bahasa Perancis atau Inggris)
 
Untuk pemohon visa dibawah umur (dibawah 18 tahun)
Surat persetujuan orang tua dengan informasi orang yang bertanggung jawab atas anaknya selama perjalanan.
Jika anak melakukan perjalanan sendiri atau dengan salah satu orang tua yang dikuasakan.
 
TIDAK PERLU





15.
Surat keterangan sekolah, asli

Surat keterangan sekolah, fotokopi

Surat keterangan sekolah, terjemahan

(Diharuskan jika bukan dalam bahasa Inggris atau Perancis)
 
Untuk pemohon visa berstatus pelajar/mahasiswa
Surat keterangan ini dibuat untuk menginformasikan bahwa pemohon berstatus sebagai pelajar disekolah tersebut, dalam surat ini mencantumkan informasi nama pemohon, dan keterangan mengenai rencana perjalanan ke Negara Schengen, juga menginformasikan untuk pengajuan visa dikedutaan.
 
TIDAK PERLU




16.
Akte kelahiran, asli

Akte kelahiran, fotokopi

Akte kelahiran, terjemahan

(Dalam bahasa Perancis atau Inggris)
 
Untuk pemohon visa dibawah umur (dibawah 18 tahun)
TIDAK PERLU

17.
Kartu keluarga dan tempat tinggal yang terdaftar, fotokopi
 
Fotokopi dari halaman yang berisi informasi tentang pemohon dan anggota keluarga.
OK

18.
Ijin masuk yang berlaku sampai tanggal pulang pelamar, fotokopi
 
Untuk orang asing yang tinggal di Indonesia
Cap ijin masuk dari imigrasi masih berlaku didalam paspor untuk kembali ke Indonesia.
TIDAK PERLU


 19.
Bukti tempat tinggal di Indonesia (visa non-imigran, kontrak kerja, dll), asli

Bukti tempat tinggal di Indonesia, fotokopi
 
Untuk orang asing yang tinggal di Indonesia
KITAS, KITAP
TIDAK PERLU



20.
Paspor, asli

Paspor, fotokopi

(Fotokopi 2 lembar halaman paspor yang berisi data pribadi.)
 
Paspor pribadi nasional atau dokumen perjalanan yang resmi dengan tanggal berlaku lebih dari 3 bulan lewat dari tanggal berlaku visa yang diminta, dengan 2 halaman kosong untuk dimana visa stiker akan ditempel (tertera tulisan “Visa” )
OK



 21.
Paspor lama, asli

Paspor lama, fotokopi

(Fotokopi halaman semua paspor lama yang berisi data pribadi.)
 
Jika anda punya 1 atau lebih paspor lama, anda harus membawa paspor-paspor lama tersebut.
OK
 

Share
Tweet
Pin
Share
12 comments
Older Posts

About me


About Naila
Halo, saya Naila Fithria, penulis blog ini.
Tukang jalan-jalan dan tukang galau juga:)
Anyway, selamat datang dan selamat membaca blog ini. Tabik!

The other me

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Through the years

  • ▼  2020 (1)
    • ▼  February (1)
      • A Week in Istanbul
  • ►  2019 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  October (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2015 (13)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (7)
    • ►  June (2)
    • ►  May (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2009 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (6)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (17)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (3)
  • ►  2007 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)

Naila's Timeline

Loading...

Created by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates