Naila's Timeline

live . love . laugh

Powered by Blogger.
  • Home
  • About me

Sebelum pergi ke Budapest, yang ada di bayangan gw tentang kota ini adalah kota jadul di Eropa dengan kastil yang menjulang dan hutan-hutan gelap ala-ala film The Lord of the Rings, lalu Hugh Jackman, eh Van Helsing, datang dan berusaha menumpas Raja Vampir yang telah berkuasa dan bercokol di istana selama ratusan tahun tanpa ada yang berani mengusik.

(Sepertinya gw terlalu terobsesi dengan vampir sejak film vampir China mendarat di layar kaca Indonesia tahun 1990an :p)

Namun, setelah gw cek, ternyata asal muasal Vlad Dracula adalah di Romania, bukan di Hongaria. Jadi kalau mau cari Vampir, harusnya gw ke Bucharest, bukan Budapest. Hiksss... Salah tempaattt..

Hari Kesepuluh
Berangkat dari Praha jam 11 malam, melewati hutan gelap, jalan setapak, dikejar-kejar serigala, dan harus sembunyi di gubuk tengah hutan dahulu. Akhirnya, pagi buta gw berhasil sampai Budapest, fyuhhh.. (Naik bus deng gw, tidur manis, dan gak inget ngelewatin apa saja hehehe).

Gw nunggu di stasiun kereta Könyves Kálmán, sebelum dijemput oleh temannya orang kantor. Agak kumuh stasiunnya. Model keretanya juga yang kuno gitu, tapi sepertinya memang sengaja tidak diperbarui agar ada nostalgia masa lalu.

Sesampainya di apartemen, hari pertama itu benar-benar gw habiskan untuk istirahat karena kram perut. Dan perlu recharge juga setelah berhari-hari jalan terus, mumpung lagi di tengah-tengah perjalanan.

Hari Kesebelas dan Keduabelas (mulai pegal merinci hari per hari hehe)

Kesan tentang Budapest: Budapest itu mirip Praha, sama-sama ada sungai membelah kota, sama-sama ada kastil besar, sama-sama berisi bangunan-bangunan cantik, tapi dengan ukuran yang lebih besaaaaarr... Kalau gw sih nyebutnya Mega Praha.

Kira-kira petanya seperti ini

Budapest, awalnya terdiri dari Kota Buda dan Kota Pest yang dibelah oleh sungai Danube, lalu dihubungkan dengan jembatan sehingga menjadi 1 kota, yaitu Budapest. Ada beberapa monumen dan bangunan yang terkenal di kota ini, namun sebagian besar terkonsentrasi di sekitar sungai Danube,  antara lain:

Hero's Square

Opera House

Basilika Santo Stefanus 


Gedung Parlemen


Berdasarkan info dari sini, Istana Buda adalah kompleks istana raja-raja Hongaria di Budapest yang selesai dibangun pada tahun 1265. Dulu, istana ini dikenal dengan nama Istana Kerajaan dan Kastil Kerajaan. Istana Buda dibangun di bagian selatan Bukit Kastil dan dibatasi oleh Distrik Kastil (Várnegyed) di utara. Istana ini terkenal akan rumah, gereja dan bangunan umumnya yang bergaya Abad Pertengahan, Baroque dan abad ke-19. Istana Buda terhubung dengan Clark Ádám Square dan Jembatan Rantai Széchenyi melalui Budavári Sikló, sebuah jalur kereta funikular. Istana ini merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia Budapest yang dideklarasikan pada tahun 1987.

Banyak banget tempatnya.. Setiap jalan selalu disapa dengan bangunan cantik di setiap sudutnya. Sayangnya disini tidak berhasil menemukan walking tour, dari segi jarak memang tidak bisa menjangkau banyak tempat dalam waktu cepat seperti di Praha. Tetapi, enaknya, turisnya tidak terlalu banyak, jadi bisa lebih leluasa.

Hari Ketigabelas
Hari terakhir di Budapest, waktunya kembali berpindah ke kota baru, yaitu... Salzburg.

*sebenarnya postingannya belum lengkap, tapi udah keburu diupload. Nanti akan ditambah lagi ya untuk postingan ini*
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Lanjut dari trip sebelumnya di Berlin, destinasi selanjutnya yaitu Praha.
Praha.. Berdasarkan chicklit dan novel-novel romantis yang pernah gw baca adalah salah satu kota teromantis di Eropa (#tsah). Dengan sungai membelah kota dan jembatan Charles Bridge yang melintas di atasnya, sebenarnya cocok buat tempat hanimun, hahahaha.
Akhirnya, dengan menaiki bus selama 5 jam dari Berlin, pada pukul 4 sore, sampai juga gw di kota yang (katanya) cantik ini.

Hari Ketujuh
Dari terminal bus, gw pergi ke arah tempat gw menginap. Untuk mencapai jalur kereta, harus turun dengan eskalator dahulu yang jauh menghujam ke dalam perut bumi, naik kereta, baru kembali naik ke permukaan.
Stasiunnya jauh di dalam perut bumiii

Kemudian gw jalan kaki mengikuti peta untuk sampai di hostel. Hostel pertama yang gw tempati di Eropa.
Hostel pertama!

Setelah whatsappcall sebentar (oke lama deng :)) dengan yang terkasih di nusantara dan istirahat sesaat, menjelang malam gw siap menjelajah kota. Akan tetapi, mood gw langsung berubah menjadi muram karena... Oh karena.. Hujan deraaaaaasss… Saat gw jalan ke Charles Bridge yang sangat tersohor itu, malah jadi kelihatan horrorrrr di bawah hujan.. Gelap dan patungnya nyeremin.

Charles Bridge: patungnya jadi gloomy, dengan pencahayaan hijau, cocok kayaknya jadi villain di film Disney

Balik dari Charles Bridge, gw melewati katedral dan ada konser Ave Maria di dalamnya. Mencoba mengusir mood buruk, akhirnya gw masuk, sambil mendengar lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi disana. Lumayan juga untuk soothing my heart #tsah.

Kombinasi antara capek dan kecewa dengan Charles Bridge yang horror, maka gw memutuskan untuk kembali ke hostel. Namun, yang ada malah nyasar entah kemana. Sudah jalannya kosong, gelap, pas ada orang ternyata malah mas-mas gelandangan yang nakutin.

Lalu, gw lihat ada bapak-bapak bule pakai jaket hijau nilon, pertamanya gw kira bapak-bapak itu polisi, eh ternyata bukan. Pas gw coba nanya jalan ke arah hostel, dia cuma bilang “you know, there is a website, try to type G-O-O-G-L-E.com. G-O-O-G-L-E.com in your phone, there, you can find your hotel in there". Rasanya pengen teriak “Gw juga tau gugel apa, keleus!!" huh. Setelah jalan ke arah jalan besar dan merunut ke arah gw datang , akhirnya gw berhasil balik ke hostel dengan selamat.



Hari Kedelapan
Hari kedua, pagi-pagi gw udah bangun, asalnya mau ikutan free walking tour yang ditawarkan hostel. Tetapi ternyata gw ketinggalan. Alhasil gw jalan-jalan sendiri aja ke Narodni Muzeum (National Museum), memutari kota, sambil foto pemandangan yang ajaib-ajaib.

Nonton geng kakek-kakek main musik

 Mencoba niup mantra ke Sleeping Beauty Castle

Ngintilin mobil-mobil antik di Praha

Ngecek bahtera Nuh 2.0 sudah jadi apa belum di National Museum

Mencoba menahan diri biar gak ikut joget bareng Dancing House 

Jalan kaki ke Vysehrad yang berada nun jauh di selatan (kayaknya cuma gw doang orang Indonesia yang iseng jalan kaki kesana)

 Menikmati pemandangan Praha dari arah Vysehrad

Jalan ke Prague Castle malam-malam

Ternyata emang bagus sih kotanya, dan cenderung dekat objeknya jadi bisa jalan kaki kemana-mana.

Hari Kesembilan
Hari ketiga, gw bangun lebih pagi lagi, biar tidak ketinggalan walking trip lagi. Hari yang cerah, matahari bersinar, dan.. Ternyata.. Walking tripnya oke bangeet! Yang asalnya gw agak-agak kecewa ma Praha, jadi terhibur dengan mengikuti walking tour. Abang guidenya cerita macam-macam tentang semua objek dan bangunan disana.

 Abang guide Praha

Prague Astronomical Clock

 
Terus gw lupa ini apa

 
Jews Church

Wenceslas Square, jalan Malioboro-nya Prague

Dengan muka khusyuk gw dengarkan penjelasannya. Lalu si guide cerita di salah satu area “Daerah ini dahulunya sering banjir, tapi trotoarnya dinaikin. Jadi tidak banjir lagi” or some kind like that. Berhubung gw tinggal di kota yang sering terkena banjir (aka Jakarta), gw  menanggapi“Wowww” kenceng sampe terangguk-angguk. Si abang guide sampai komentar “Hey I already told a lot of story, and you only amazed by this kind of fact” (hehehe, maklum, berasa senasib).

Daerah yang dulu sering banjir disana

Dari walking trip ini gw bertemu teman sesama solo trip-ers, 1 cewek dari India dan 1 cowok dari Singapura. Akhirnya kita bertiga lanjut ke walking trip selanjutnya (berbayar) yaitu ke Prague Castle. Walking trip yang ini juga tidak mengecewakan, dapat cerita macam-macam tentang castle nya, daerah pelayan-pelayannya, dan banyak lagi (terus gw udah lupa sekarang (tuh kan harusnya ditulis dari dulu blognyaaa)).

Alkisah, setiap penguasa yang berkuasa, masing-masing membuat bangunannya sendiri di area kastil tersebut, ada yang bergaya renaissance, baroque, gothic, jadinya campur-campur deh desainnya. Yang lucu, ada salah stau Ratu yang berkuasa, dan dia bikin bangunannya yang cantik-cantik membosankan, jadi gak nyambung sama katedral yang terlihat sangar itu hahaha.

Walau dingin tapi enak buat jalan

Pertukaran penjaga

Katedral St Vistus di kawasan Castle Prague

 
Dalamnya katedral
Pemandangan sore itu dari arah Prague Castle

Beres walking tour, kita bertiga jalan ke Charles Bridge, dan subhanallah, cakep bangeeeeeeettttt!! Ini tohh yang bikin orang bilang kalau kota ini cantik.. Cuacanya cerah, patung-patungnya jadi terlihat ceria, pemandangan castle prague di belakang juga lebih kece.

The Castle

Teman walking tour

Cakep banget, intinya pengalaman gak enak di hari pertama kehapus semua! Mungkin juga gara-gara pas hari itu jalan-jalannya gak sendirian banget, jadi lebih seru hehehe. Setelah makan bareng teman-teman baru, malamnya gw balik hostel, ambil koper, dan meluncur ke terminal bus. Kini, saatnya pergi ke Budapest.

Kesan tentang Praha:
  • Kotanya cenderung kecil, kemana-mana bisa jalan kaki
  • Beli tiket train dan bis dkk bisa single way atau based on waktu
  • Makanan: gw mengandalkan makanan dari hostel ma sempet makan di luar sekali-kali
  • The People: hmmm, kalau Praha ini kota turis banget sih sebenarnya, jadi kontak dengan warga setempat ya paling buat beli oleh-oleh aja :). Mungkin malah banyak turisnya daripada warga setempat
Trip selanjutnya di Budapet akan dibahas disini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Lanjut dari kisah perjalanan gw di Belanda,  part ini gw akan membahas perjalanan di Berlin.

Hari Keempat
Berangkat dari Amsterdam jam 11.15 malam, gw sampai jam 9 pagi di Berlin. Lebih tepatnya di Berlin Central Bus Station. Stasiunnya tidak besar-besar amat, khusus untuk bus saja. Mungkin kalau di Indonesia disebutnya terminal, tapi ya jauh lebih bersih dari terminal Blok M, hehehe.

Berlin Central Bus Station

Setelah membeli 3-day pass dari rourist information counter, gw naik kereta ke apartemen temannya sepupu gw. Untuk transportasi bisa beli tiket single way atau day pass seperti gw. Namun, sistem ticketingnya ini agak mengherankan. Kalau di Belanda setiap naik angkutan transportasi harus nge-tap 2 kali yaitu ketika masuk dan keluar. Nah, kalau di Berlin, di stasiun tiketnya ini dimasukkan mesin untuk di-cetek, dan tanggal dan waktu tanggal cetek akan tertera di kartunya. Setelah itu tidak perlu lagi nge-tap ketika keluar.

Tiket 3-day pass gw, hanya perlu di-cetek 1 kali di awal, lalu sudah deh, bisa naik angkutan apapun sepuasnya tanpa perlu nge-tap sana sini. Dan tidak ada pengecekan untuk masuk kereta atau gerbang. Jadi kalau gw mau curang, bisa aja gak beli tiket sama sekali. Naik turun tidak ada yang meriksa. Info dari temannya sepupu, kadang-kadang ada polisi yang sidak, ngecek kartu itu. Tapi selama gw disana tidak ada sidak sama sekali. Nah,  kalau sistem ini diterapkan di Indonesia, yang ada orang-orang tidak ada yang beli tiket sama sekali atau beli 1 tiket tapi dipakai selamanya. :p

 
3 Day Pass yang bikin heran, hasil cetek-an ada di atas 
(pas pertama kali gw salah malah nge-cetek berkali-kali)

Sampai di tempat teman sepupu gw, gw mandi, lalu makan bareng dia dan teman-temannya. Kemudian, melejit ke Museum Island. Museum Island adalah kawasan di sebelah selatan Berlin yang dikelilingi sungai Spree, sehingga disebut dengan pulau Spree. Kawasan ini terdiri dari lima museum yang dibangun pada tahun 1823 dan 1830, antara lain:
  1. Altes Museum (Old Museum) 
  2. Neues Museum (New Museum)
  3. Alte Nationalgalerie (Old National Gallery)
  4. Bode Museum
  5. Pergamon Museum 
Museum yang  pertama gw kunjungi adalah Pergamon Museum, yang terdiri dari 3 bagian yaitu Antiquity Collection, Islamic Art Museum, dan Middle Eat Museum.
Gerbang Ishtar di Antiquity Colletion

Salah satu koleksi yang terkemuka adalah Ishtar Gate, dahulunya gerbang utara Babilonia, dan diberi nama dari dewi Ishtar. Gerbangnya ini sendiri diketemukan tahun 1899 oleh ekskavasi Jerman, dan direkonstruksi ulang (hanya gerbang yang lebih kecil dengan tinggi 15 meter). Bagus banget warna dan motif gerbangnya, jadi pasang 1 juga di rumah #ngayal.

Market Gate of Miletus
Gerbang di atas adalah gerbang pasar di daerah Miletus, kerajaan Romawi, pada masa kekuasaan Raja Hadrian (2nd century BC) .



Di Islamic Art Museum lengkap koleksi dari jaman Dinasti Umayah, Samaniyah, Fatimiyah,  Ayubiyah, Mughal, kesultanan Turki, dan lain-lain. Lengkap bangeeeett.. Jadi pengen baca ulang sejarah dinasti Islam, terus balik lagi kesana. Heran juga ternyata malah di Berlin ada Islamic Art Museum :).



 Koleksi di Islamic Art Museum

Dari Pergamon Museum, gw berpindah ke Neues Museum. Salah satu koleksi yang terkenal di Museum ini adalah mumi Nefertiti. Alkisah, ketika gw di dalam museum ini, dengan cueknya gw sibuk ambil foto sana sini pakai digicam. Salah satu objek yang difoto yaitu Akhenaten, suami dari Nefertiti gw foto juga.
Lalu.. Ketika gw mau foto Nefertiti, gw merasa ada yang ngelihatin dari belakang, perasaan gw jadi gak enak. Pas gw nengok, ternyata penjaga museumnya lagi ngelihatin gw dan langsung menghadang. Bahwa ternyata Nefertiti, tidak boleh difoto, termasuk suaminya juga (tapi sudah terlanjur).  Akhirnya gw lihat-lihat lagi, sambil diawasi dengan pandangan tajam dari para penjaga.
 Ada yang butuh kasur baru?

 Koleksi Neues Museum (horror)

Akhenaten (yang seharusnya tidak boleh difoto)

Kalau Night at the Museum beneran terjadi di museum ini (aka patung-patung dan mumi dkk hidup semua kalau malam) seru banget kali yaaaa, tapi juga seraaaam!

Ah.. Sayangnya gw hanya sempat mampir ke 2 museum itu saja, rasanya pengen balik lagi dan masuk ke semua museum di Museum Island.

Beres muter-muter di Museum Island, gw jalan-jalan di sekitar Berlin Cathedral, atau biasa dikenal dengan nama Berliner Dom. Bangunan ini adalah gereja Kristen Protestan terbesar di Berlin. Mulai dibangun pada tahun 1465, namun baru benar-benar selesai dibangun 440 tahun kemudian. Saat perang dunia kedua berlangsung, gereja ini sempat mengalami kerusakan parah. Namun pada tahun 1993, Berlin Cathedral kembali diperbaiki.

Di depan Berliner Dom, ada taman besar, banyak orang yang asik duduk-duduk rumput atau asik foto-foto (gw aja kali yaaa).
 
Senja hari di Berliner Dome

Dari Berliner Dome, gw jalan kaki sampai Alexanderplaatz,  taman yang ramai di tengah kota Berlin, dekat tepi sungai Spree dan Berliner Dom. Di lapangan ini juga terdapat menara televisi Fernsehturm dan Gereja Nikolai.
Alexanderplaatz dan Menara Fernsehturm

Hari Kelima
Hari esoknya, waktunya mengunjungi salah satu trademark dari Berlin, apalagi kalau bukan Berlin Wall. Dinding yang dulunya memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur, sebelum akhirnya diruntuhkan sebagai tanda penyatuan kedua wilayah. Saat tembok ini masih berdiri, tak terhitung berapa banyak orang yang tewas akibat berusaha menyeberang.

Grafiti "My God, Help Me to Survive This Deadly Love" atau yang biasa dikenal sebagai "The Fraternal Kiss" yang dilukis oleh Dmitri Vrubel. Gambar ini menunjukkan bahwa para pemimpin yang mengunci mulut mereka

 Pengamen ala Berlin (padahal lagi musim gugur yang anginnya bikin merinding lho!)

Tembok Berlin ini berada sejajar dengan Sungai Spree. 
Yang menarik saat saya lihat baliknya, ternyata sedang ada pameran WARonWALL yang mengambarkan kondisi peperangan di Suriah beserta korban-korban yang terluka atau cacat akibat perang tersebut.  



WARonWALL

Jerman sendiri telah menerima 1 juta pengungsi akibat perang yang berkecamuk di daerah Suriah dan sekitarnya. Banyak yang mengecam, namun di lain sisi, penghuni Jerman sendiri pada saat perang dunia kedua, terutama yang dahulu terancam diberantas NAZI banyak yang mengungsi ke negara lain. Mungkin kebesaran hati mereka menerima pengungsi sebagai bentuk terima kasih atau balas budi kepada dunia yang telah menampung nenek moyanganya dahulu.

Dari tembok Berlin (di East Side Gallery), gw beranjak ke Checkpoint Charlie yang terletak di Friedrichstrasse. Checkpoint Charlie digunakan polisi militer Amerika Serikat untuk memeriksa dan mendaftarkan tentara Barat yang keluar masuk dari Berlin Barat ke Berlin Timur.

Penyebutan Checkpoint Charlie diambil bukanlah nama dari tentara Amerika atau lainnya. Penyebutan itu diambil dari kata alfabet fonetik "C" yang berarti "Charlie", sekadar untuk memudahkan penyebutan.

Checkpoint Charlie. Btw, ternyata foto ma serdadu itu harus bayar (baru tahu, pas udah mau beridi manis di sampingnya. Tapi karena udah terlanjur, apa daya harus bayar)


Setelahnya, gw jalan kaki ke Holocaust Memorial. Sayangnya disini gw malah melewatkan untuk masuk ke dalam museumnya dan hanya lewat saja. Padahal kalau baca dari reviewnya, tempat ini membahas lengkap tentang peristiwa Holocaust.


 

Lalu gw jalan-jalan (kaki) lagi berkeliling Berlin. Mulai dari Brandenburg Gate.Landmark ini menjadi simbol dari berbagai rezim sepanjang sejarahnya, dimulai dengan Kekaisaran Prusia dan terus berlanjut sampai Nazi dan kemudian rezim Komunis. Saat ini, Gerbang Brandenburg merupakan simbol kebebasan dan perdamaian sekaligus saksi simbolis runtuhnya Tembok Berlin.


Reichstag merupakan gedung parlemen Jerman yang letaknya di sebelah gerbang Brandenburg. Gedung ini selesai dibangun dan dibuka pada tahun 1894, yang dananya berasal dari kemenangan perang atas Perancis. Selanjutnya gedung ini mengalami renovasi hingga akhirnya selesai pada tahun 1999.

Nontonin kakek nenek pacaran depan

Beres mengitari Berlin, sempat juga mampir ke Primark, chainstore terbaru di Eropa, malamnya gw ketemu dengan teman SMA yang kerja di Berlin. Dan... Besok paginya, trip ini berlanjut lagi ke Praha

Kesan tentang Berlin:
  • The people: agak mirip orang Jakarta sepertinya. Urusan lu, urusan lu. Urusan gw, gw. Kira-kira begitu, hehehe. Setiap orang seperti ada urusannya masing-masing
  • Makanan: bertahan hidup dengan makanan Vietnam dan Kebab disini. Dan kebabnya, sepanjang lengan!! (Oke gak sepanjang itu sih) Tapi emang besar banget
  • Transportasi: yang menarik keretanya agak jadul gitu, gw kira bakal canggih dan futuristik. 






Begitulah kisah Berlin, next trip di Praha akan dibahas disini. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me


About Naila
Halo, saya Naila Fithria, penulis blog ini.
Tukang jalan-jalan dan tukang galau juga:)
Anyway, selamat datang dan selamat membaca blog ini. Tabik!

The other me

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Through the years

  • ►  2020 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
  • ▼  2017 (9)
    • ►  October (2)
    • ▼  March (3)
      • Solo Trip ke Eropa (Part 7): Budapest
      • Solo Trip ke Eropa (Part 6): Praha
      • Solo Trip ke Eropa (Part 5): Berlin
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2015 (13)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (7)
    • ►  June (2)
    • ►  May (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2009 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (6)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (17)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (3)
  • ►  2007 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)

Naila's Timeline

Loading...

Created by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates