Solo Trip ke Eropa (Part 5): Berlin

by - March 29, 2017


Lanjut dari kisah perjalanan gw di Belanda,  part ini gw akan membahas perjalanan di Berlin.

Hari Keempat
Berangkat dari Amsterdam jam 11.15 malam, gw sampai jam 9 pagi di Berlin. Lebih tepatnya di Berlin Central Bus Station. Stasiunnya tidak besar-besar amat, khusus untuk bus saja. Mungkin kalau di Indonesia disebutnya terminal, tapi ya jauh lebih bersih dari terminal Blok M, hehehe.

Berlin Central Bus Station

Setelah membeli 3-day pass dari rourist information counter, gw naik kereta ke apartemen temannya sepupu gw. Untuk transportasi bisa beli tiket single way atau day pass seperti gw. Namun, sistem ticketingnya ini agak mengherankan. Kalau di Belanda setiap naik angkutan transportasi harus nge-tap 2 kali yaitu ketika masuk dan keluar. Nah, kalau di Berlin, di stasiun tiketnya ini dimasukkan mesin untuk di-cetek, dan tanggal dan waktu tanggal cetek akan tertera di kartunya. Setelah itu tidak perlu lagi nge-tap ketika keluar.

Tiket 3-day pass gw, hanya perlu di-cetek 1 kali di awal, lalu sudah deh, bisa naik angkutan apapun sepuasnya tanpa perlu nge-tap sana sini. Dan tidak ada pengecekan untuk masuk kereta atau gerbang. Jadi kalau gw mau curang, bisa aja gak beli tiket sama sekali. Naik turun tidak ada yang meriksa. Info dari temannya sepupu, kadang-kadang ada polisi yang sidak, ngecek kartu itu. Tapi selama gw disana tidak ada sidak sama sekali. Nah,  kalau sistem ini diterapkan di Indonesia, yang ada orang-orang tidak ada yang beli tiket sama sekali atau beli 1 tiket tapi dipakai selamanya. :p

3 Day Pass yang bikin heran, hasil cetek-an ada di atas 
(pas pertama kali gw salah malah nge-cetek berkali-kali)

Sampai di tempat teman sepupu gw, gw mandi, lalu makan bareng dia dan teman-temannya. Kemudian, melejit ke Museum Island. Museum Island adalah kawasan di sebelah selatan Berlin yang dikelilingi sungai Spree, sehingga disebut dengan pulau Spree. Kawasan ini terdiri dari lima museum yang dibangun pada tahun 1823 dan 1830, antara lain:
  1. Altes Museum (Old Museum) 
  2. Neues Museum (New Museum)
  3. Alte Nationalgalerie (Old National Gallery)
  4. Bode Museum
  5. Pergamon Museum 
Museum yang  pertama gw kunjungi adalah Pergamon Museum, yang terdiri dari 3 bagian yaitu Antiquity Collection, Islamic Art Museum, dan Middle Eat Museum.
Gerbang Ishtar di Antiquity Colletion

Salah satu koleksi yang terkemuka adalah Ishtar Gate, dahulunya gerbang utara Babilonia, dan diberi nama dari dewi Ishtar. Gerbangnya ini sendiri diketemukan tahun 1899 oleh ekskavasi Jerman, dan direkonstruksi ulang (hanya gerbang yang lebih kecil dengan tinggi 15 meter). Bagus banget warna dan motif gerbangnya, jadi pasang 1 juga di rumah #ngayal.

Market Gate of Miletus
Gerbang di atas adalah gerbang pasar di daerah Miletus, kerajaan Romawi, pada masa kekuasaan Raja Hadrian (2nd century BC) .



Di Islamic Art Museum lengkap koleksi dari jaman Dinasti Umayah, Samaniyah, Fatimiyah,  Ayubiyah, Mughal, kesultanan Turki, dan lain-lain. Lengkap bangeeeett.. Jadi pengen baca ulang sejarah dinasti Islam, terus balik lagi kesana. Heran juga ternyata malah di Berlin ada Islamic Art Museum :).



 Koleksi di Islamic Art Museum

Dari Pergamon Museum, gw berpindah ke Neues Museum. Salah satu koleksi yang terkenal di Museum ini adalah mumi Nefertiti. Alkisah, ketika gw di dalam museum ini, dengan cueknya gw sibuk ambil foto sana sini pakai digicam. Salah satu objek yang difoto yaitu Akhenaten, suami dari Nefertiti gw foto juga.
Lalu.. Ketika gw mau foto Nefertiti, gw merasa ada yang ngelihatin dari belakang, perasaan gw jadi gak enak. Pas gw nengok, ternyata penjaga museumnya lagi ngelihatin gw dan langsung menghadang. Bahwa ternyata Nefertiti, tidak boleh difoto, termasuk suaminya juga (tapi sudah terlanjur).  Akhirnya gw lihat-lihat lagi, sambil diawasi dengan pandangan tajam dari para penjaga.
 Ada yang butuh kasur baru?

 Koleksi Neues Museum (horror)

Akhenaten (yang seharusnya tidak boleh difoto)

Kalau Night at the Museum beneran terjadi di museum ini (aka patung-patung dan mumi dkk hidup semua kalau malam) seru banget kali yaaaa, tapi juga seraaaam!

Ah.. Sayangnya gw hanya sempat mampir ke 2 museum itu saja, rasanya pengen balik lagi dan masuk ke semua museum di Museum Island.

Beres muter-muter di Museum Island, gw jalan-jalan di sekitar Berlin Cathedral, atau biasa dikenal dengan nama Berliner Dom. Bangunan ini adalah gereja Kristen Protestan terbesar di Berlin. Mulai dibangun pada tahun 1465, namun baru benar-benar selesai dibangun 440 tahun kemudian. Saat perang dunia kedua berlangsung, gereja ini sempat mengalami kerusakan parah. Namun pada tahun 1993, Berlin Cathedral kembali diperbaiki.

Di depan Berliner Dom, ada taman besar, banyak orang yang asik duduk-duduk rumput atau asik foto-foto (gw aja kali yaaa).
 
Senja hari di Berliner Dome

Dari Berliner Dome, gw jalan kaki sampai Alexanderplaatz,  taman yang ramai di tengah kota Berlin, dekat tepi sungai Spree dan Berliner Dom. Di lapangan ini juga terdapat menara televisi Fernsehturm dan Gereja Nikolai.
Alexanderplaatz dan Menara Fernsehturm

Hari Kelima
Hari esoknya, waktunya mengunjungi salah satu trademark dari Berlin, apalagi kalau bukan Berlin Wall. Dinding yang dulunya memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur, sebelum akhirnya diruntuhkan sebagai tanda penyatuan kedua wilayah. Saat tembok ini masih berdiri, tak terhitung berapa banyak orang yang tewas akibat berusaha menyeberang.

Grafiti "My God, Help Me to Survive This Deadly Love" atau yang biasa dikenal sebagai "The Fraternal Kiss" yang dilukis oleh Dmitri Vrubel. Gambar ini menunjukkan bahwa para pemimpin yang mengunci mulut mereka

 Pengamen ala Berlin (padahal lagi musim gugur yang anginnya bikin merinding lho!)

Tembok Berlin ini berada sejajar dengan Sungai Spree. 
Yang menarik saat saya lihat baliknya, ternyata sedang ada pameran WARonWALL yang mengambarkan kondisi peperangan di Suriah beserta korban-korban yang terluka atau cacat akibat perang tersebut.  



WARonWALL

Jerman sendiri telah menerima 1 juta pengungsi akibat perang yang berkecamuk di daerah Suriah dan sekitarnya. Banyak yang mengecam, namun di lain sisi, penghuni Jerman sendiri pada saat perang dunia kedua, terutama yang dahulu terancam diberantas NAZI banyak yang mengungsi ke negara lain. Mungkin kebesaran hati mereka menerima pengungsi sebagai bentuk terima kasih atau balas budi kepada dunia yang telah menampung nenek moyanganya dahulu.

Dari tembok Berlin (di East Side Gallery), gw beranjak ke Checkpoint Charlie yang terletak di Friedrichstrasse. Checkpoint Charlie digunakan polisi militer Amerika Serikat untuk memeriksa dan mendaftarkan tentara Barat yang keluar masuk dari Berlin Barat ke Berlin Timur.

Penyebutan Checkpoint Charlie diambil bukanlah nama dari tentara Amerika atau lainnya. Penyebutan itu diambil dari kata alfabet fonetik "C" yang berarti "Charlie", sekadar untuk memudahkan penyebutan.

Checkpoint Charlie. Btw, ternyata foto ma serdadu itu harus bayar (baru tahu, pas udah mau beridi manis di sampingnya. Tapi karena udah terlanjur, apa daya harus bayar)


Setelahnya, gw jalan kaki ke Holocaust Memorial. Sayangnya disini gw malah melewatkan untuk masuk ke dalam museumnya dan hanya lewat saja. Padahal kalau baca dari reviewnya, tempat ini membahas lengkap tentang peristiwa Holocaust.



Lalu gw jalan-jalan (kaki) lagi berkeliling Berlin. Mulai dari Brandenburg Gate.Landmark ini menjadi simbol dari berbagai rezim sepanjang sejarahnya, dimulai dengan Kekaisaran Prusia dan terus berlanjut sampai Nazi dan kemudian rezim Komunis. Saat ini, Gerbang Brandenburg merupakan simbol kebebasan dan perdamaian sekaligus saksi simbolis runtuhnya Tembok Berlin.


Reichstag merupakan gedung parlemen Jerman yang letaknya di sebelah gerbang Brandenburg. Gedung ini selesai dibangun dan dibuka pada tahun 1894, yang dananya berasal dari kemenangan perang atas Perancis. Selanjutnya gedung ini mengalami renovasi hingga akhirnya selesai pada tahun 1999.

Nontonin kakek nenek pacaran depan

Beres mengitari Berlin, sempat juga mampir ke Primark, chainstore terbaru di Eropa, malamnya gw ketemu dengan teman SMA yang kerja di Berlin. Dan... Besok paginya, trip ini berlanjut lagi ke Praha

Kesan tentang Berlin:
  • The people: agak mirip orang Jakarta sepertinya. Urusan lu, urusan lu. Urusan gw, gw. Kira-kira begitu, hehehe. Setiap orang seperti ada urusannya masing-masing
  • Makanan: bertahan hidup dengan makanan Vietnam dan Kebab disini. Dan kebabnya, sepanjang lengan!! (Oke gak sepanjang itu sih) Tapi emang besar banget
  • Transportasi: yang menarik keretanya agak jadul gitu, gw kira bakal canggih dan futuristik. 






Begitulah kisah Berlin, next trip di Praha akan dibahas disini. 

You May Also Like

0 comments