Naila's Timeline

live . love . laugh

Powered by Blogger.
  • Home
  • About me


Tulisan ini saya tulis di tahun 2018, baru diselesaikan dan dipublish sekarang :)
========================================================================

Hampir setahun sudah blog ini hiatus. Setelah mengumpulkan tekad dan niat sekuat tenaga, akhirnya saya menulis post baru. Nah di postingan ini, saya akan membahas perjalanan saya ke Istambul pada akhir tahun 2017.

Sebenarnya perjalanan ini adalah kali kedua saya pergi ke Istambul. Pertama, pada saat akhir Eurotrip, saya sempat transit selama 12 jam di Istambul sebelum menuju Kuala Lumpur. Dan kedua, tahun lalu, ketika suami masih kerja disana. 

Jadi... Saya menikah pada bulan September 2017 (cieee).. Akhir September, suami sudah harus kembali ke Istambul karena masih bekerja disana. Jadi kami Long Distance Marriage (LDM) dulu sampai awal Januari 2018. 

So.. Mumpung suami masih disana, bisa jadi tour guide pribadi, terus belum puas juga sayanya pas pertama kali kesana karena mampirnya cuma sebentar, akhirnya saya pergi lagi ke Istambul dari tanggal 30 November s.d 9 Desember 2017, buat numpang main, gangguin suami, ma sekalian honeymoon lagi, hehehe. 

How to get there?
Perjalanan kali ini, sama seperti ketika Eurotrip, saya pergi ke Kuala Lumpur dulu, dengan penerbangan yang saya ambil yaitu:
  • Dari Jakarta ke KL, naik Malaysia Airlines tanggal 30 November 2017 jam 18.25 sampai di KL pukul 21.30
  • Dari KL, naik Etihad Airlines tanggal 1 Desember 2017, pukul 02.35, transit 2 jam 40 menit di Abu Dhabi, lalu sampai di Istambul pukul 13.50
  • Balik tanggal 9 Desember 2017 dari Istambul, naik Etihad Airlines jam 14.30, transit 2 jam 20 menit di Abu Dhabi, lalu sampai di KL tanggal 10 Desember 2017 pukul 10.00
  • Dari KL ke Jakarta, naik Malaysia Airlines jam 16.25, sampai pukul 17.30.

Lebih: https://id.advisor.travel/poi/Rumeli-Hisari-1964Numpang narsis berdua
Pierre Lotti 
Piere Lotti adalah sebutan yang diberikan ke sebukah bukit yang berlokasi di Eyup, merujuk ke salah satu kafe yang ada di sana, Pierre Loti.
x
Kenapa saya tidak menggunakan penerbangan langsung? Yahhh.. Namanya juga cari yg murah hehe.. Harganya beda jauh kalau ambil penerbangan langsung dari Jakarta ke Istambul dengan naik dari Kuala Lumpur. 

Yang bikin jantungan, pas berangkat dari Jakarta, pesawatnya delay 2 jam! Jadi saya baru sampai Kuala Lumpur tengah malam, jam 12 kurang, dan saya harus keluar imigrasi dahulu, ambil bagasi, lalu check-in lagi dan masuk imigrasi lagi (karena beda airline) untuk mengejar pesawat jam 2.35. Itu saya lari non stop! Belum lagi antrian keluar imigrasi KL lumpur hampir 1 jam sendiri, bener-bener sport jantung. Untung saya sudah spare time 5 jam untuk transit di Kuala Lumpur, kalau cuma sebentar, mungkin gak kekejar penerbangan untuk pergi ke Istambul.

Setelah berhasil menaiki pesawat Etihad Airlines, transit, tralala trilili, mendaratlah saya di Istambul, fyuhhh.. Di bandara, saya dijemput suami tercinta, lalu kami pergi ke penginapan. Sore itu, gabungan capek, jet lag, ma efek sport jantung, saya langsung tidur pulas semalaman. 

Jalan-jalan di Istambul
Ada apa aja ya di Istambul? Untuk list tempat di bawah saya kombinasikan dengan perjalanan pertama saya kesana.

Umumnya untuk turis yang pergi ke Istambul, tempat yang wajib dikunjungi yaitu Hagia Sophia, Galatta Tower, Masjid Sultan Ahmet, Istana Dolmahbahce, dan Istana Topkapi. Tapi saya tidak akan membahas tempat-tempat itu karena sudah banyak yang membahas, disini saya akan me-list tempat-tempat yang jarang dikunjungi turis Indonesia di Istambul.

Ortakoy
Daerah hits ini, dengan galeri seninya, klub malam, kafe, bar, dan restoran, merupakan tempat populer untuk penduduk lokal dan wisatawan luar negeri. Ortakoy terletak dekat dengan daerah Beksitas, berada tepat di sisi Selat Bosphorus, dan di bawah Jembatan Bosphorus.

Enaknya disini ada Ortakoy Square, dilengkapi dengan kursi-kursi, menjadikan tempat ini enak untuk kongkow-kongkow sambil nge-teh nge-teh lucu.

Mbak-mbak model lagi duduk depan Ortakoy Mosque, menghadap ke Selat Bosporus


Kastil Rumelli
Benteng Rumeli Hisari, terletak di Distrik Sarıyerdi Istanbul Turki, di sebuah bukit di sisi Eropa dari Selat Bosporus. Benteng ini dibangun dalam waktu 4 bulan saja, oleh Sultan Utsmaniyah Mehmed II pada tahun 1451 dan 1452, sebelum penaklukan pasukannya atas Konstantinopel. Benteng ini dibangun oleh pasukan Ottoman agar mereka dapat mengontrol kapal-kapal yang melewati Selat Bosphorus.

Kastil Rumelli (source gambar: disini)

Tiga menara besar diberi nama menurut nama ketiga wazir Mehmed II: Sadrazam Çandarlı Halil Pasha, yang membangun menara besar di sebelah pintu gerbangnya; Zagan Pasha, yang membangun menara selatan; dan Sarıca Pasha, yang membangun menara utara.

Numpang gaya depan Kastil Rumelli


Museum Panorama 1453 
Tahun 1453 menjadi tahun yang bersejarah di Istambul, pada tahun itu Kekaisaran Byzantium yang berpusat di Konstantinopel akhirnya takluk oleh Kekhalifahan Utsmani oleh Khalifah Muhammad Al-Fatih di bawah kepemimpinan atau Sultan Ottoman Mehmet II. Setelah jatuhnya Konstantinopel, Sultan Ottoman Mehmet II pun meraih gelar Fatih (penakluk).


Ngopi di Asia
Istambul sebenarnya sangat besar, hampir seluas Pulau Bali, dengan wilayahnya terletak di Eropa dan Asia, dipisahkan oleh Selat Bosporus. Jadi bisa tuh, kita sarapan pagi di Eropa, trs ngopi-ngopi cantik di Asia. Tinggal naik kapal dari pelabuhan di Eropa ke Asia.
Maiden's Tower

Ngopi-ngopi cantik di Turki bagian Asia, menghadap ke Selat bosporus


Sile
Di istanbul bagian Asia, terdapat kota kecil bernama Sila, yang berada di sisi Laut Hitam. Terdapat banyak kafe dan restauran menghadap ke Laut, untuk menikmati pemandangan indah dari Laut Hitam.
Pemandangan Laut Hitam di Sile
Numpang foto berdua

Pierre Loti
Piere Loti adalah nama sebutan bagi sebuah bukit yang terletak Eyup. Disebut dengan nama tersebut, merujuk ke salah satu cafe disana yaitu Piere Loti. Kafe ini juga menawarkan keindahan pemandangan indah Golden Horn, sebuah selat kecil berbentuk tanduk yang menjadi bagian dari Selat Bosphorus. Menuju ke Bukit Pierre Loti yang terletak di Eyüp ini, bisa menaiki  mobil (kereta) gantung. Romantis banget deh, buat nge-date :)
Pemandangan Selat Golden Horn dari Pierre Loti


Makanan
Selama di Istanbul, saya tidak makan nasi sama sekali. Umumnya makanan yang ditawarkan adalah daging, baik berupa kebab, burger, atau lainnya. Satu yang baru saya ketahui saat kesana adalah: They really like yoghurt!! Kalau di Indonesia, makan belum afdol kalau belum minum teh botol, kalau disana makanan gak lengkap tanpa yoghurt.

Ini beberapa makanan yang saya foto disana:








Shopping
Well, sebagai warga Indonesia yang baik tentu saja hal paling utama ketika pergi ke negara lain adalah: Belanja. Beberapa tempat yang bisa dikunjungi untuk belanja di Istanbul yaitu:

Grand Bazaar
Grand Bazaar ini sudah terkenal sebagai tempat belanja utama di Istambul, Namun, harganya lebih mahal dari pasar lainya. 


Spice Bazaar
Terletak lebih dekat dari Grand Bazaar, pasar ini tidak seluar Grand Bazaar, namun harga yang ditawarkan lebih murah. Pas ke Turki, saya banyak belanja disini. Posisinya juga dekat dengan Eminonu dan Yeni Camii. 

Viaport
Viaport adalah Mall yang terletak di Asia, salah satu mall terbesar disana. Konsepnya seperti Cilandak Town Square kalau di Jakarta. Jadi ada yang bagian Indoor dan Outdoor. Dan harus hati-hati kalau kesini. Karena banyak diskon dan kalau diskon, benar-benar diskon, tidak seperti di Indonesia, yang cuma diskon lucu-lucuan saja, padahal harganya sudah dinaikin terlebih dahulu. Disana harga sepatu saja bisa 50% di harga normal. Wiwww..

Elivium
Nah kalau ini mall kesukaan suami, soalnya Nike suka diskon besar-besaran disini. Kalau mall nya sih, dari segi ukuran gak terlalu besar, biasa saja.


Others
Sebenarnya pas disana, saya ingin foto ala-ala selebgram gitu, yang tiap hari ganti coat, ganti boots, difotoin fotografer setempat. Tapi apa daya, bagasi terbatas, harus bawa titipan ini itu, jadinya cuma bawa 1 coat saja, sepatu juga borong disana, hehe. Jadi fotonya gitu-gitu aja deh.

Pengen ke Bursa juga, biar bisa ketemu salju. Tapi apa daya waktu tidak mencukupi.

Kira-kira itu review dan rekomendasi singkat saya kalau pergi ke Istambul. Selamat berlibur kesana!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Melahirkan Nuf itu.. Kayak naik mobil di film Fast and Furious.. Wkwkwk, kok bisa gitu? Hari-hari menuju Nuf lahiran saya benar-benar tidak istirahat sama sekali. Harus pindahan dari Jakarta ke Bandung. Masih beberes sana-sini. Lalu mendadak disuruh lahiran lebih cepat dari HPL tanpa persiapan. Abis lahiran, juga langsung pusing ngurusin bayi.. Kayak tancap gas terus menerus tanpa henti dengan berbagai manuver mengendarai mobil, wkwkwk..

Hari Perkiraan Lahir (HPL) Nuf itu 6 November 2018. Nah karena saya dan suami harus pindahan dulu dari Jakarta ke rumah Bandung, jadi saya ambil cuti melahirkan (cuhir) dari 2 minggu sebelumnya. Jadi Jumat, 19 Oktober 2019 adalah hari terakhir saya kerja sebelum cuhir, sekaligus hari terakhir saya di divisi saya yang di Jakarta. Agak sedih sih ini, setelah 7,5 tahun di Jakarta, akhirnya pindah dan balik ke Bandung. Setelah lama juga di divisi kesayangan saya ini, akhirnya harus berpisah. In every hello, there is a goodbye, hiks..

Dari hari Jumat hari terakhir itu sampai Minggu pagi, saya dan suami kerja rodi packing semua barang di apartemen yang sudah kami sewa di Jakarta sejak awal nikah. Minggu pagi, kami say goodbye ke apartemen, meninggalkan Kota Jakarta... Ah Jakarta, even though sometimes I hate, but I will always love you. Cup cup muah Jakarta tercinta.. Balik ke Bandung, saya harus beberes lagi di rumah, dibantu sama mertua dan saudara. Naik turun tangga dkk, bawa barang ini tu, dengan kandungan sudah besar banget, wah sesuatu.

Hari Senin, saya dan suami ke Yakes Telkom (Klinik Telkom) untuk mengurus kelahiran di Bandung. Dan itu dipingpong sana sini, karena ternyata saya seharusnya mengurus perpindahan lokasi lahiran di Yakes Jakarta. Jadi harus kontak orang Jakarta lah, minta nota dinas perpindahan lah,  terus lama aja deh gitu. Balik ke rumah, beberes lagi.

Hari Selasa, saya dan suami ke Rumah Sakit Al Ihsan di Baleendah, tempat untuk lahiran nanti, ketemu sama dokternya yang nanti untuk melahirkan. Rumah sakitnya ini 1,5-2 jam dari rumah saya di Sukagalih, milih disitu karena tempat ibu saya kerja dan dekat rumah orang tua, biar gampang kalau ada apa-apa.

Ketika di USG, kata dokter kandungan sepertinya ada pengapuran pada plasenta. Pengapuran ini menyebabkan nutrisi dari ibu terhambat untuk masuk ke bayi. Makanya berat janin di kandungan saya selalu di batas ambang bawah dari awal kandungan. Setelah saya makan ini itu, makan es krim tiap hari, juga berat bayi tidak bertambah signifikan. Padahal berat badan saya sudah naik jauh hampeir sebanyak 21 kg dr awal kehamilan. Sebenarnya pengapuran ini umum terjadi pada kandungan, tapi belum tahu di saya levelnya sudah gawat atau belum Dokter minta saya kembali lagi dalam 3 hari, untuk mengecek kembali perkembangan janin.

Hari Rabu dan Kamis, kami lanjut beres-beres di rumah. Rumah yang saya tempati adalah rumah orangtua dulu ketika masih di Kota Bandung, jadi banyak barang lama yang harus disingkirkan. Jadi harus saya sortir satu per satu. Belum harus menempatkan barang-barang suami dan saya miliki di Jakarta di rumah ini.

Hari Jumat, kami balik lagi ke Rumah Sakit Al Ihsan. Sebelum periksa ke dokter, saya dicek pakai cardiotocography (CTG) dulu. CTG alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan kontraksi rahim saat bayi dalam kandungan. Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan pada bayi sebelum atau selama persalinan. Hasilnya kayak hasil rekam jantung gitu, ada grafik denyut jantung bayi.

Pas periksa lagi ke dokter dan di USG, ternyata gak ada penambahan berat badan pada janin. Hasil CTG juga tidak bagus, saya harus melahirkan secepatnya agar tidak gagal janin. Kaget saya dan suami, karena kami hanya bawa perlengkapan persiapan lahiran. Semua masih di rumah Sukagalih, tapi saya harus segera mungkin bersalin.

Pada awalnya dokter menyarankan untuk lahiran normal. Lalu diinduksi jam 2 siang, saya agak lupa apa dimasukkan ke infus atau ke bawah untuk obatnya. Dicek tiap 6 jam. Malam dicek lagi pakai CTG, belum ada tanda mulas-mulas. Denyut di CTG untuk bayi juga normal-normal ada, kayak gak mau keluar. Jam 2 malam dicek lagi, dari hasil CTG, tidak ada perubahan berarti pada denyut jantung bayi. Saya harus dicesar.
Sabtu pagi, jam 06.00 saya masuk ruang operasi untuk cesar, lalu 15 menit kemudian lahir lah Nuf. Terdengar tangisan pertama Nuf, alhamdulillah… Nuf langsung dibawa, jadi tidak Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Saya juga jadi ngantuk, kata suster atau dokter, tidur saja. Saya nanya balik “Takut ah nanti gak bangun lagi”, kata suster atau dokter itu “Enggak, gakpapa kok” Akhirnya saya tidur.

Ini dia penampakan Nuf pas baru lahir

Bangun-bangun saya sudah di ruang OK, dingin. Balik ke kamar, badan rasanya sakit banget, bekas operasi kerasa, saya sampai mengigil saking sakitnya, badan juga dingin. Suami memegangi tangan saya, namun karena harus mengubur ari-ari anak di rumah, digantikan oleh mertua. Abis itu, mungkin biusnya ditambah, baru tidak terasa sakit lagi.

Kira-kira begitulah kisah melahirkan, lalu roller coastern
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Hai. Halo. Lama tak berjumpa.
Wah 2018, saya benar-benar gak nulis blog sama sekali.
Padahal pernah ngedraft 1 tulisan, tapi gak saya publish. Jadi saja kosong melompong.

Jadi ada update apa nih sejak tahun 2017?.
Sekarang saya... Sudah... Menjadi seorang IBU!

Iya, betul, Ibu.. Naila yang jutek dan gak suka main ma anak kecil itu sekarang sudah jadi Ibu.

Gak nyangka kaaan?
Kok bisaa? Yang mana anaknya??

Nufff siniii, biar pada percaya Ibu punya anak, sini..

Eh ada apa, ada yang manggil aku?


Ini diaaaa... NUF.. Yang mengubah dunia ibu bapaknya, jadi semakin semarak dan jumpalitan, wkwkwk..

Anaknya Bu Naila ini namanya Nuf Fazlica, panggilan Nuf. Kalau arti nama ibunya Karunia Suci, kalau arti nama Nuf itu Tingginya Karunia-Mu (Allah). So saya dan Nuf jadi kami geng NF dan juga geng karunia, hahaha. Lahir di Bandung (Baleendah, sigh), tanggal 27 Oktober 2018.

Sekarang sih udah 7,6 bulan umurnya, sudah bisa tengkurap, balik sendiri dari tengkurep, gigit-gigit kakinya, marah-marah kalau telat dikasih mimik, masih susah PUP, ma kalau digendong udah gak mau kayak bayi kecil ditimang-timang gitu. Jago nenen ma jago makan juga!

Kok bisa ujug-ujug lahir?
Ya bisalah, hamil dulu 38 minggu, baru deh dibrojolin.
Hamilnya juga drama emaknya kram perut, muntah, ambeyen, suka sesak, ma macem-macem deh. Tapi alhamdulillah bisa lahir dengan selamat.

Semoga sehat selalu anakkuuu.. Udah jam 5 sore, ibunya mau pulang kantor dulu. Hehe (ketahuan ngeblog pas kerja deh).







Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Masih ingat tidak kapan kamu benar-benar hadir di dunia?

Benar-benar hadir, yang kamu masih ingat sampai sekarang

Bayi, balita, atau lebih besar?

Kalau saya, ingatan pertama saya yaitu di rumah, sedang tiduran di kursi panjang, sambil mengisap jari kiri, dan sedang menonton televisi.  Lalu saya memandang ke arah kanan, dan di sebelah kanan ada meja makan yang dikelilingi orang-orang, yang ternyata mereka keluarga saya.

Waktu itu saya sudah 4 tahun.

Saya tidak tahu, apa itu saya saja atau orang lain seperti itu juga?

Kenapa saya tidak ingat masa saya bayi, merangkak, atau pertama jalan?

Kenapa yang saya mulai ingat ketika saya sudah minum susu (bukan ASI). Sudah bisa lari-lari. Sudah bisa ini itu. Walau makan masih disuapi.

Kenapa tidak ingat dari awal saja ya? Any answer?

#pikiranrandomtengahmalam
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Lagi-lagi saya membuka halaman blog, mencoba menulis, tapi tak ada kata yang tertulis.

Dahulu memasang target pada diri, menceritakan kisah perjalanan ke Eropa. Namun berhenti di tengah jalan, hanya sukses menceritakan perjalanan sampai ke kota Budapest. Padahal masih banyak kota yang dilewati setelahnya.

Hidup penuh distraksi. Distraksi jaman kini. Hanya membuka Instagram saja bisa menghabiskan waktu berjam-jam, mengecek post-post terkini, baju-baju yang lucu, selebgram-selebgram sekarang, mengira-ngira fashion terkini.

Sibuk membaca whatsapp pada grup-grup. Sibuk membaca post-post disana-sini.

Bukannya refresh, malah makin stress.

Dan dunia mulai menjadi template.

Semuanya sama di seluruh dunia, kafe dengan perabot yang sama, kopi dengan varian sama disana-sini,  makeup para wanita sama di dunia sana dan sini, dan isu yang sama dari tahun ke tahun.

Dunia tulis menulis juga hanya menjadi beberapa kalimat di dunia maya. Blog sudah sangat ditinggalkan. Tinggal berisi review barang, travelling, dan unboxing perangkat.

Kadang saya meragukan apakah dari generasi saya akan hadir penulis-penulis besar kembali. Fantasi kini menguap, khayalan diganti visual. Segala hal ingin dituangkan secepatnya ke dunia maya. Hidup menjadi feed dunia maya dan curhatan sesaat.

Yang mengharapkan like dan love.

Dunia pun bagai tidak memiliki misteri lagi. Hal yang menggelitik rasa ingin tahu, kini sudah menjadi bagian dari dunia maya, dapat dibaca dan dilihat darimana saja.

Ah mungkin saya butuh kabur dari dunia maya, pergi liburan, sambil mematikan handphone saya :)
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Sebelum pergi ke Budapest, yang ada di bayangan gw tentang kota ini adalah kota jadul di Eropa dengan kastil yang menjulang dan hutan-hutan gelap ala-ala film The Lord of the Rings, lalu Hugh Jackman, eh Van Helsing, datang dan berusaha menumpas Raja Vampir yang telah berkuasa dan bercokol di istana selama ratusan tahun tanpa ada yang berani mengusik.

(Sepertinya gw terlalu terobsesi dengan vampir sejak film vampir China mendarat di layar kaca Indonesia tahun 1990an :p)

Namun, setelah gw cek, ternyata asal muasal Vlad Dracula adalah di Romania, bukan di Hongaria. Jadi kalau mau cari Vampir, harusnya gw ke Bucharest, bukan Budapest. Hiksss... Salah tempaattt..

Hari Kesepuluh
Berangkat dari Praha jam 11 malam, melewati hutan gelap, jalan setapak, dikejar-kejar serigala, dan harus sembunyi di gubuk tengah hutan dahulu. Akhirnya, pagi buta gw berhasil sampai Budapest, fyuhhh.. (Naik bus deng gw, tidur manis, dan gak inget ngelewatin apa saja hehehe).

Gw nunggu di stasiun kereta Könyves Kálmán, sebelum dijemput oleh temannya orang kantor. Agak kumuh stasiunnya. Model keretanya juga yang kuno gitu, tapi sepertinya memang sengaja tidak diperbarui agar ada nostalgia masa lalu.

Sesampainya di apartemen, hari pertama itu benar-benar gw habiskan untuk istirahat karena kram perut. Dan perlu recharge juga setelah berhari-hari jalan terus, mumpung lagi di tengah-tengah perjalanan.

Hari Kesebelas dan Keduabelas (mulai pegal merinci hari per hari hehe)

Kesan tentang Budapest: Budapest itu mirip Praha, sama-sama ada sungai membelah kota, sama-sama ada kastil besar, sama-sama berisi bangunan-bangunan cantik, tapi dengan ukuran yang lebih besaaaaarr... Kalau gw sih nyebutnya Mega Praha.

Kira-kira petanya seperti ini

Budapest, awalnya terdiri dari Kota Buda dan Kota Pest yang dibelah oleh sungai Danube, lalu dihubungkan dengan jembatan sehingga menjadi 1 kota, yaitu Budapest. Ada beberapa monumen dan bangunan yang terkenal di kota ini, namun sebagian besar terkonsentrasi di sekitar sungai Danube,  antara lain:

Hero's Square

Opera House

Basilika Santo Stefanus 


Gedung Parlemen


Berdasarkan info dari sini, Istana Buda adalah kompleks istana raja-raja Hongaria di Budapest yang selesai dibangun pada tahun 1265. Dulu, istana ini dikenal dengan nama Istana Kerajaan dan Kastil Kerajaan. Istana Buda dibangun di bagian selatan Bukit Kastil dan dibatasi oleh Distrik Kastil (Várnegyed) di utara. Istana ini terkenal akan rumah, gereja dan bangunan umumnya yang bergaya Abad Pertengahan, Baroque dan abad ke-19. Istana Buda terhubung dengan Clark Ádám Square dan Jembatan Rantai Széchenyi melalui Budavári Sikló, sebuah jalur kereta funikular. Istana ini merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia Budapest yang dideklarasikan pada tahun 1987.

Banyak banget tempatnya.. Setiap jalan selalu disapa dengan bangunan cantik di setiap sudutnya. Sayangnya disini tidak berhasil menemukan walking tour, dari segi jarak memang tidak bisa menjangkau banyak tempat dalam waktu cepat seperti di Praha. Tetapi, enaknya, turisnya tidak terlalu banyak, jadi bisa lebih leluasa.

Hari Ketigabelas
Hari terakhir di Budapest, waktunya kembali berpindah ke kota baru, yaitu... Salzburg.

*sebenarnya postingannya belum lengkap, tapi udah keburu diupload. Nanti akan ditambah lagi ya untuk postingan ini*
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Lanjut dari trip sebelumnya di Berlin, destinasi selanjutnya yaitu Praha.
Praha.. Berdasarkan chicklit dan novel-novel romantis yang pernah gw baca adalah salah satu kota teromantis di Eropa (#tsah). Dengan sungai membelah kota dan jembatan Charles Bridge yang melintas di atasnya, sebenarnya cocok buat tempat hanimun, hahahaha.
Akhirnya, dengan menaiki bus selama 5 jam dari Berlin, pada pukul 4 sore, sampai juga gw di kota yang (katanya) cantik ini.

Hari Ketujuh
Dari terminal bus, gw pergi ke arah tempat gw menginap. Untuk mencapai jalur kereta, harus turun dengan eskalator dahulu yang jauh menghujam ke dalam perut bumi, naik kereta, baru kembali naik ke permukaan.
Stasiunnya jauh di dalam perut bumiii

Kemudian gw jalan kaki mengikuti peta untuk sampai di hostel. Hostel pertama yang gw tempati di Eropa.
Hostel pertama!

Setelah whatsappcall sebentar (oke lama deng :)) dengan yang terkasih di nusantara dan istirahat sesaat, menjelang malam gw siap menjelajah kota. Akan tetapi, mood gw langsung berubah menjadi muram karena... Oh karena.. Hujan deraaaaaasss… Saat gw jalan ke Charles Bridge yang sangat tersohor itu, malah jadi kelihatan horrorrrr di bawah hujan.. Gelap dan patungnya nyeremin.

Charles Bridge: patungnya jadi gloomy, dengan pencahayaan hijau, cocok kayaknya jadi villain di film Disney

Balik dari Charles Bridge, gw melewati katedral dan ada konser Ave Maria di dalamnya. Mencoba mengusir mood buruk, akhirnya gw masuk, sambil mendengar lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi disana. Lumayan juga untuk soothing my heart #tsah.

Kombinasi antara capek dan kecewa dengan Charles Bridge yang horror, maka gw memutuskan untuk kembali ke hostel. Namun, yang ada malah nyasar entah kemana. Sudah jalannya kosong, gelap, pas ada orang ternyata malah mas-mas gelandangan yang nakutin.

Lalu, gw lihat ada bapak-bapak bule pakai jaket hijau nilon, pertamanya gw kira bapak-bapak itu polisi, eh ternyata bukan. Pas gw coba nanya jalan ke arah hostel, dia cuma bilang “you know, there is a website, try to type G-O-O-G-L-E.com. G-O-O-G-L-E.com in your phone, there, you can find your hotel in there". Rasanya pengen teriak “Gw juga tau gugel apa, keleus!!" huh. Setelah jalan ke arah jalan besar dan merunut ke arah gw datang , akhirnya gw berhasil balik ke hostel dengan selamat.



Hari Kedelapan
Hari kedua, pagi-pagi gw udah bangun, asalnya mau ikutan free walking tour yang ditawarkan hostel. Tetapi ternyata gw ketinggalan. Alhasil gw jalan-jalan sendiri aja ke Narodni Muzeum (National Museum), memutari kota, sambil foto pemandangan yang ajaib-ajaib.

Nonton geng kakek-kakek main musik

 Mencoba niup mantra ke Sleeping Beauty Castle

Ngintilin mobil-mobil antik di Praha

Ngecek bahtera Nuh 2.0 sudah jadi apa belum di National Museum

Mencoba menahan diri biar gak ikut joget bareng Dancing House 

Jalan kaki ke Vysehrad yang berada nun jauh di selatan (kayaknya cuma gw doang orang Indonesia yang iseng jalan kaki kesana)

 Menikmati pemandangan Praha dari arah Vysehrad

Jalan ke Prague Castle malam-malam

Ternyata emang bagus sih kotanya, dan cenderung dekat objeknya jadi bisa jalan kaki kemana-mana.

Hari Kesembilan
Hari ketiga, gw bangun lebih pagi lagi, biar tidak ketinggalan walking trip lagi. Hari yang cerah, matahari bersinar, dan.. Ternyata.. Walking tripnya oke bangeet! Yang asalnya gw agak-agak kecewa ma Praha, jadi terhibur dengan mengikuti walking tour. Abang guidenya cerita macam-macam tentang semua objek dan bangunan disana.

 Abang guide Praha

Prague Astronomical Clock

 
Terus gw lupa ini apa

 
Jews Church

Wenceslas Square, jalan Malioboro-nya Prague

Dengan muka khusyuk gw dengarkan penjelasannya. Lalu si guide cerita di salah satu area “Daerah ini dahulunya sering banjir, tapi trotoarnya dinaikin. Jadi tidak banjir lagi” or some kind like that. Berhubung gw tinggal di kota yang sering terkena banjir (aka Jakarta), gw  menanggapi“Wowww” kenceng sampe terangguk-angguk. Si abang guide sampai komentar “Hey I already told a lot of story, and you only amazed by this kind of fact” (hehehe, maklum, berasa senasib).

Daerah yang dulu sering banjir disana

Dari walking trip ini gw bertemu teman sesama solo trip-ers, 1 cewek dari India dan 1 cowok dari Singapura. Akhirnya kita bertiga lanjut ke walking trip selanjutnya (berbayar) yaitu ke Prague Castle. Walking trip yang ini juga tidak mengecewakan, dapat cerita macam-macam tentang castle nya, daerah pelayan-pelayannya, dan banyak lagi (terus gw udah lupa sekarang (tuh kan harusnya ditulis dari dulu blognyaaa)).

Alkisah, setiap penguasa yang berkuasa, masing-masing membuat bangunannya sendiri di area kastil tersebut, ada yang bergaya renaissance, baroque, gothic, jadinya campur-campur deh desainnya. Yang lucu, ada salah stau Ratu yang berkuasa, dan dia bikin bangunannya yang cantik-cantik membosankan, jadi gak nyambung sama katedral yang terlihat sangar itu hahaha.

Walau dingin tapi enak buat jalan

Pertukaran penjaga

Katedral St Vistus di kawasan Castle Prague

 
Dalamnya katedral
Pemandangan sore itu dari arah Prague Castle

Beres walking tour, kita bertiga jalan ke Charles Bridge, dan subhanallah, cakep bangeeeeeeettttt!! Ini tohh yang bikin orang bilang kalau kota ini cantik.. Cuacanya cerah, patung-patungnya jadi terlihat ceria, pemandangan castle prague di belakang juga lebih kece.

The Castle

Teman walking tour

Cakep banget, intinya pengalaman gak enak di hari pertama kehapus semua! Mungkin juga gara-gara pas hari itu jalan-jalannya gak sendirian banget, jadi lebih seru hehehe. Setelah makan bareng teman-teman baru, malamnya gw balik hostel, ambil koper, dan meluncur ke terminal bus. Kini, saatnya pergi ke Budapest.

Kesan tentang Praha:
  • Kotanya cenderung kecil, kemana-mana bisa jalan kaki
  • Beli tiket train dan bis dkk bisa single way atau based on waktu
  • Makanan: gw mengandalkan makanan dari hostel ma sempet makan di luar sekali-kali
  • The People: hmmm, kalau Praha ini kota turis banget sih sebenarnya, jadi kontak dengan warga setempat ya paling buat beli oleh-oleh aja :). Mungkin malah banyak turisnya daripada warga setempat
Trip selanjutnya di Budapet akan dibahas disini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About me


About Naila
Halo, saya Naila Fithria, penulis blog ini.
Tukang jalan-jalan dan tukang galau juga:)
Anyway, selamat datang dan selamat membaca blog ini. Tabik!

The other me

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Through the years

  • ▼  2020 (1)
    • ▼  February (1)
      • A Week in Istanbul
  • ►  2019 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  October (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2015 (13)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (7)
    • ►  June (2)
    • ►  May (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2009 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (6)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (17)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (3)
  • ►  2007 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)

Naila's Timeline

Loading...

Created by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates