Naila's Timeline

live . love . laugh

Powered by Blogger.
  • Home
  • About me
Akhir-akhir ini, gw punya kebiasaan baru yang gak bagus..

Dipikir-pikir, jangan-jangan sebenarnya kebiasaan ini bukan kebiasaan baru, tapi kebiasaan lama??

Jadi, apakah itu kebiasaannya? Yaitu..

Minum dari gelas orang lain!

Hahahahaha *gak penting ya..

Tapi setelah dipikir-pikir, minggu ini aja udah berkali-kali terjadi:
  • Salah ambil minum temen pas di McD, untung punya gw cola, punya dia Milo. Jadi kerasa bedanya. Tapi tetep terlanjur keminum.
  • Mimum air putih pas seminar, ternyata punya orang di sebelah.. Gw lap-lap gelasnya deh biar gak ketahuan hihihi.
  • Hampir salah ambil minuman teman pas lagi nonton. 
  • Minum dari gelas kakak. Bahkan gak sadar, kalau gak diingetin.
Bahkan setelah diingat-ingat, gw pernah minum air putih dari gelas punya mbak-mbak Belgia yang baru aja kenalan, pas lagi di Phnom Penh.

Setelah diinget-inget lagi, gw juga pernah pas lagi makan bareng orang-orang kantor. Gw pesen juice tomat, trs ada yang pesan juice strawberry. Trs datanglah salah satu juice, warnanya pink. Gw ambil, terus gw minum. Abis itu datang batch selanjutnya, eh ternyata yang datang terakhir adalah juice tomat. Jadi yang gw minum sebenarnya juice strawberry!

Tapi kalau itu kayaknya lidah gw sih yang agak bermasalah, gak bisa bedain strawberry ma tomat. Hahahaha...

Anyway, maaf ya untuk kalian semua yang pernah menjadi korban..  Gw mencoba untuk gak mengulang lagi kok (sambil ngecek lagi minum dari gelas yang benar apa enggak).




Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Melanjutkan dari tulisan sebelumnya ke Ho Chi Minh, Phnom Penh dan Siem Reap. Kali ini, yang dibahas adalah Bangkok. Mungkin sudah banyak orang yang pergi ke Bangkok dan sudah banyak juga yang bahas yaaa. Namun, berhubung ini sudah jadi bagian dari Asean Trip gw kemarin, tetap dibahas dunk disini:)


Day 6 Night
Setelah naik pesawat dari Siem Reap, gw dan Tongky sampai di Don Mueng Airport. Rombongan juga bertambah 1 orang yaitu Rizka (aka Dora), yang nyusul dari Jakarta ke Bangkok. Nasib orang Jakarta, kami sampai di Bangkok ketika sedang hujan. Jadi perjalanan yang harusnya 50 menit, malah jadi 3 jam. Akhirnya baru sampai hotel jam 8 malam deh.. Bangkok feels like home..

Kami bertiga menginap di D&D Inn di jalan Khaosan Road. Jalanan yang penuh dengan wisatawan dari mancanegara, pusatnya kehidupan di malam hari, karena semakin malam semakin ramai, apalagi pub-pubnya, hehehe. Dipikir-pikir, kayaknya sih dari 1 jalan itu, yang pakai jilbab ya gw ma Dora doang, sisanya bebasss.. Hahahaha.

Kamar di D&D Inn
Nah, kami datang kira-kira 3 hari setelah Bom Blast di Bangkok. Kirain jalan ini bakal kosong, namun ternyata jalan ini, yang notabene daerah turis, tetap penuhhh..

Khaosan Road di malam hari

Beres muter-muter Khaosan Road dan makan, kami pun istirahat untuk menyiapkan stamina perjalanan esok hari.

Day 7
Besoknya kami pergi jalan-jalan ke obyek-obyek wisata di dekat Khaosan Road. Seperti biasa, kita lihat petanya dulu.
Peta Jalur Boat di Chao Phraya

Khaosan Road itu kawasan yang dekat ke Chao Phraya River dan objek wisata seperti Royal Grand Palace dan Temple-Temple (Wat Pho dan Wat Arun). Untuk Royal Grand Palace dan Wat Pho bersampingan dan dekat dengan kanal nomor 8 (Tha Tien), sedangkan Wat Arun ada di seberang Wat Pho, tapi tinggal naik perahu kecil dari Tha Tien.

Khaosan sendiri lebih dekat dengan kanal nomor 13 Phra Arthit. Namun, berhubung masih segar, kami memutuskan untuk jalan kaki saja ke Grand Palace, karena cuma 20 menit perjalanan saja dengan jalan kaki.

Namun, pas jalan kesana, hampir saja kami kena scam. Jadi pas di lampu merah dekat taman menuju Royal Grand Palace, mendadak Bapak [1] yang nyebrang bareng kita bilang "Kalau ke Grand Palace ke arah sana saja", nunjuk ke kiri.. Kami ikutilah petunjuk bapak itu.

Setelah jalan 100 meter, tiba-tiba ada Bapak [2] ngehampirin (padahal kami gak ada niat nanya), lalu bilang gini "Grand Palace jam segini belum buka. Itu di depan ada kuil khas Thailand masuk situ saja", terus Bapak [2] pergi. Pas kami intip ke dalam kuil, ada Bapak-bapak duduk di tangga pintu masuk, tapi berhubung sudah tahu bahwa bukan tempat itu tujuannya, kami pun pergi.

Tetapi Bapak-bapak dalam kuil itu ngejar keluar, sebut saja Bapak [3], dia menyapa terus menjelaskan panjang lebar, tentang adanya floating market yang ada di seberang Grand Palace, harus naik perahu kesitu. Dia bilang, naik aja dari Rachini Pier (nama pangkalan perahu), nanti dapat harga diskon. Berhubung masih pagi, jadi gw ma yang lain belum terlalu mudeng, nurut aja pas Bapak [3] nyegatin Tuk Tuk driver buat kita.

Kami diturunkan di kanal nomor 7 Rachini. Udah tempatnya sepi, cuma ada 1 perahu kecil kosong (kecil bukan yang rada besar), kami juga diminta bayar 600 Baht per orang pula (1 Baht = Rp 400,- jadi kira-kira 240 ribu) untuk biaya naik perahu 1 jam sepuasnya muter-muter di daerah Chao Phraya. Padahal siapa yang mintaaa?

Langsung deh kami sadar, pasti ini lagi mau ditipu. Semua bapak-bapak baik tadi, mengarahkan kami ke kanal ini, terus ntah dibawa kemana. Kami langsung kabur secepatnya, dan naik Tuk Tuk lain ke Royal Grand Palace. Fyuhh, hampir ketipu..

Nah, di Royal Grand Palace, sebelum masuk ada pengumuman, tipe pakaian yang diperkenankan masuk istana ini.

 
Tipe pakaian yang boleh untuk masuk Grand Palace

Pas pertama kali gw ke Bangkok 2 tahun lalu, gw pakai baju kayak foto di bawah. Pas gw mau masuk waktu itu, ada petugas yang bertugas screening pakaia. Ketika si petugas ini lihat outfit gw, eh dia ngelarang gw masuk dan gw harus keluar dari barisan. Tetapi, kalau mau beli kain, tokonya jauh di pintu luar. Jadinya gw masuk lagi, tapi di jalur yang petugasnya beda sambil sembunyi-sembunyi nutupin diri di belakang teman yang badannya besar. So, gak kelihatan ma petugasnya dan bisa masukkkk dehhhh. Horeee.. (Jangan ditiru yaa).
Pakaian gak lulus sensor. Kenapa bisaa? Yakk, gara-gara pakai leggingggg..
(Ya maap bawa bajunya dikit doang, persediaan celana terbatas waktu itu hehehehe)

Belajar dari pengalaman, gw memakai baju yang lebih sopan kali ini.
 
Celana longgar tuhhh kagak ketat lagiii, jogger pants rockkkkk!! 
(Btw itu pose mas-mas di samping gw kok yahud banget yak, ala-ala pemeran utama film yang lagi munggungin kamera)

Nah ini pose narsis bertiga di Royal Grand Palace..
Wefie dari bawah, mumpung latarnya oke
 
Dari Grand Palace, kami pergi ke Wat Pho, yang terkenal dengan Budha tidurnya.

Sleeping Budha
Banyak juga candi-candi di kompleks Wat Pho

Kalau gw udah pernah ke Grand Palace dan Wat Pho, terus kenapa datang lagi kesana? Soalnya, pas kunjungan pertama gw kesana, belum sempat ke Wat Arun, gara-gara ngejar pesawat. Tapiii, pas kemarin kesana ternyata..
Wat Arunnya lagi renovasi :((

Ya sudahlah, memang gak jodoh kali ya ma Wat Arun ini.. #lelahmencoba #cukupsudah #jodohpastibertemu (lagu Afgan napa tiba-tiba muncul?).

Dari Wat Arun, kami naik boat (ke kanal 8 lagi), lalu naik lagi ke... Hmm gw lupa.. Ya pokoknya kanal lain, hahaha. Untuk pergi ke Vimanmek Mansion. Istana tempat tinggal Raja Bangkok. Jadi kalau berdasarkan data Gmaps, paling cuma 20 menit, ternyataaa takes longer than that hahahaha.

Sayangnya di Vimanmek Mansion ini tidak boleh mengambil foto. Tapi yang pasti, we love this mansion. Gak kayak istana di eropa gitu, jadi kecil tapi panjang dan penuh furnitur. Kalau ada yang pernah nonton dorama Princess Hours dari Korea, yaaa ala-ala gitu deh istananya. Coba kalau gw orang Thailand, gw bikin jadi latar cerita di film Princess Hours ala Thailand deh..

Dari Vimanmek Mansion, kami pergi ke MBK pakai kopaja setempat (berasa orang lokal kannn).
Penampakan dalam Bus di Bangkok
Bus di Bangkok, walau dari luar keliatan udah jelek, tetapi ternyata ber-AC dan kalau mau turun juga tinggal pencet tombol "Stop" dan supir bus akan berhenti di halte terdekat. Gak kayak di Jakarta kann, harus ngetok-ngetok atau neriakin kenek buat turun.

MBK adalah salah satu mall di Bangkok, seperti Plaza Semanggi kalau di Jakarta. Lengkap dengan mushola dan tempat makan halal, dan lantai khusus untuk souvenir ala Bangok, membuat mall ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi bagi yang ingin belanja tapi gak pake susah, hehehe.

Dari MBK, kami pulang ke hotel dan tidur..

Day 8
Hari terakhir, kami naik kapal ke Central, lalu naik BTS ke Chatuchak. Pasar yang terkenal dengan kemurahannya, namun hanya buka di Jumat malam dan weekend. Berhubung pesawat gw jam 5, jadi gak bisa lama-lama disini. Padahal belanjanya belum puas.

Chatuchak Market kalau lagi hujan

Balik dari Chatuchak, ke hotel dulu. Lalu pesen travel untuk ke bandara. Sempet dimarahin mas-mas travel, mau naik travel jam 2 kok baru pesen jam setengah 2. Lucky for me, masih ada kursi kosong, jadi bisa berangkat jam 2 teng! Let's go homeeeee...

Kira-kira begitulah perjalanan ke Vienam, Kamboja, dan Thailand. Lelah tapi puas..

Di Bangkok, sebenarnya masih banyak banget objek lain yang bisa dikunjungi, misal:
  • Madame Tussaud
Foto Bareng Bung Karno (menurut gw sih gak mirip.. Alisnya Bung Karno kayaknya lebih tebel deh. Dan kharismanya juga gak dapet, tapi ya sudahlah. Udah untung ada patung Bung Karno)

Foto ma Nickhun 2PM (Pas kunjungan pertama, dan 2PM masih jaya-jayanya)
  • Asiatyque
Asiatyque ini outdoor mall di pinggir sungai (gak mall juga sih, bener-bener outdoor semua). Bagus buat kongkow kalau malam hari, banyak tempat makan dan kios-kios lucu ala-ala distro gitu.
Depan Bianglala di Asiatyque

 
Tempat foto wajib di Asiatyque
  • Chao Phraya Princess Cruise
  • Jim Thompson House
 So, let's travel and eat a lot! Hehehehe..

Kalau ada yang mau itinerary-nya, bisa didownload disini. Tabik!
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

Melanjutkan dari perjalanan sebelumnya di Ho Chi Minh dan Phnom Penh,  kali ini gw akan membahas perjalanan di Siem Reap, kota terdekat dengan Angkor Wat.

Day 4 Night
Di Siem Reap kami menginap di daerah backpack yaitu di White Villa Boutique, Jalan Sok San Street.
 White Villa Boutique

Hotelnya semalam cuma Rp 200.000,- lho berdua, tapi bagus gitu isinya (tau gitu cari yang lebih murah hehehe). Kami pesan Tuk Tuk driver dulu ke hotelnya untuk perjalanan besok. Lalu cari makan di Angkor Night Market.

Day 5
Esoknya, akhirnya datang juga hari dimana kami akan pergi ke Angkor Wat. Jam 04.30, kami sudah siap di resepsionis hotel buat nanyain Tuk Tuk driver pesanan, tapi ternyata hotelnya lupa mesenin :((

Setelah berantem dulu dengan pegawai Hotel (hahahaha), akhirnya kami naik tuk tuk yang lewat depan hotel dan pergi ke Angkor Wat. Lucky for the Tuk Tuk Driver tentunya, mungkin ada benarnya pepatah "Bangun pagi biar rejeki tidak dipatok ayam". Soalnya si Tuk Tuk Driver ini, bangun pagi-pagi, ketemu kami, terus jadi langganan kami selama di Siem Reap. Namanya Knak, dengan alamat email di: hi_knak@yahoo.com.

Nah, sebelum pamer foto-foto selama di Angkor Wat (hehehehe), sebelumnya kita lihat dulu peta dari kompleks per-temple-an ini. Angkor Wat itu hanya salah satu temple dari kompleks percandian di daerah situ. Alkisah, setiap raja Kamboja yang berkuasa, biasanya mereka membuat candinya sendiri-sendiri. Misal Angkor Wat merupakan Candi Hindu yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II pada pertengahan abad 12.


 Biar deh agak oversized dan nabrak kanan dikit.. Yang penting jelas


Jadi urutan kunjungan ke kompleks candi-canti itu sebagai berikut:
1. Angkor Wat
2. Angkor Thom
3. Bayon.
4. Chau Say Tevoda
5. Thommanon
6. Ta Phrom
7. Banteay Kdei

Nah ini, dia penampakan tiap tempat:
1. Angkor Wat
Dari pagi, orang-orang sudah berkumpul di danau depan Angkor Wat, untuk melihat keindahan matahari terbit disana. Setelah menunggu, akhirnya muncul juga mataharinya.
 
Sunrise di Angkor Wat


Numpang narsis

Puas lihat sunrise, kami beranjak ke kompleks dari Angkor Wat sendiri. Nuansanya lebih mirip dengan Prambanan daripada Borobudur.
Jalan masuk kompleks Angkor Wat

Di dalam Angkor Wat


2.  Angkor Thom


3. Bayon
 
Depan Bayon

Dalam Bayon (dengan pose gak jelas)


4. Chau Say Tevoda

 Chau Say Tevoda
5. Thommanon
Thommanon



6. Ta Phrom

 Candi Tomb Raider

7. Banteay Kdei
Gak foto-foto, sudah terlalu lelah hahahaha..

Beres muter-muter candi, kami cari makan di dekat Hotel. Dan gak lupa mencoba makanan khas dari Kamboja yaitu Amok.
Amok

Rasanya sihhh seperti Gulai Ikan pakai santan yaaa.. Enak, tetapi gak segitunya sih menurut kami. Lalu, gw dan teman gw coba makanan Kamboja yang lain yaitu Lok Lak. And it's taste deliciousssssss... (Kelamaan gak makan daging sih lebih tepatnya, jadinya dikasih daging langsung senang).

Lok Lak

Habis makan, kami ke Hotel dulu untuk istirahat, dannn malamnya ke Angkor Night Market. Shopping timeeee! Dan di Angkor Night Market ini barangnya lucu-lucu dan bagus-bagus. Harganya walau dalam dollar, tapi murah-murah. Ah coba dollar lagi murah, jauh lebih murah lagi deh. Pasarnya outdoor tapi berupa kumpulan kios begitu.. Bikin betah deh pokoknya..

Night Life in Siem Rieap

Day 6
Hari terakhir di Siem Reap, kami pergi ke War Museum. Dan datangnya ternyata kepagian hahaha, jam 8 udah di Museum tapi guidenya belum ada. Muter-muter bentar dan akhirnya guidenya datang sekitar jam 9.

Oleh Mas Guide kami diceritakan sejarah peperangan melawan rezim Pol Pot. Ternyata Pol Pot itu bukan nama aslinya dan kepanjangan dari Politic Potentiale.  Dia merupakan generasi awal Kamboja yang dikirim untuk sekolah di Eropa. Pol Pot dikirim ke Perancis dan disana dia tertarik dengan konsep Komunisme.

Singkat cerita, ketika kembali ke Kamboja, sedikit demi sedikit dia memiliki kekuasaan. Dan pada tahun 1975, mengambil alih Kamboja. Namun, hal pertama yang dia lakukan adalah mengosongkan Phnom Penh, menangkap warga-warga yang berpendidikan atau memiliki level pekerjaan menengah ke atas, seperti Guru, Militer, Dokter, dsb.

Lalu, rakyat pun dipaksa untuk melakukan bertanam, dengan hasil tanam dikumpulkan ke Pemerintah dan diekspor ke Luar Negeri. Sistem pemerintahan yang kejam ini berhasil menewaskan 3 juta dari 8 juta rakyat Kamboja dalam 3 tahun.

Setelah 3 tahun itu, Pol Pot menyingkir ke perbatasan dengan Thailand, berperang dengan oposisinya. Peralatan perang inilah yang masih tersimpan di War Museum Siem Reap. Dan hampir semuanya asli.

Isi Granat (ternyata banyak pelurunya)


Tank yang beneran dipakai pada masa perang


Human real bones inside the tank


Nyoba nembak-nembak

 
Ranjau Darat, masih banyak yang tersisa dan menghantui keselamat rakyat Kamboja


Pada tahun 1998, Pol Pot wafat, perlawanan dari Khmer Merah pun berakhir. Walaupun banyak pasukan Khmer Merah masih hidup, namun mereka diterima kembali oleh Rakyat Kamboja. Karena balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah. Jujur, malah perjalanan paling seru ya di War Museum ini, mendengarkan kisah peperangan itu, bikin pilu.
 
Dari War Museum, kami pergi ke Royal Palace (tapi kecil istananya dan hanya foto di depan) dan Killing Fields. Beres muter-muter, kami pergi ke Bandara dan pergi ke Bangkok dengan AirAsia lagi.

Catatan tentang Siem Reap: Kalau lebih lama di Siem Reap, ada beberapa tempat yang masih ingin kami kunjungi, antara lain:
  • Banteay Srei  
  • Kbal Spean
  • Floating Market  
Maybe for the next trip :). Dari Siem Reap, kami naik AirAsia lagi untuk pergi ke Bangkok. Baca kisah perjalanannya disini.

Kalau ada yang mau itinerary-nya, bisa didownload disini. Tabik!
Share
Tweet
Pin
Share
15 comments

Lanjut lagi dari tulisan sebelumnya di Ho Chi Minh, di tulisan kali ini gw akan membahas perjalanan gw dan teman gw ke Kamboja.

Day 3 Night
Sebenarnya tujuan utama ke Kamboja yaitu pergi ke Angkor Wat. Lalu, kenapa harus lewat Phnom Penh? Angkor Wat itu bukan di Phnom Penh ya? Nah, untuk lebih mudah menjelaskannya, kita lihat petanya dulu:

Ho Chi Minh, Phnom Penh dan Angkor Wat ada di bawah

Angkor Wat itu ternyata lokasinya lebih dekat dengan kota Siem Reap, kira-kira 12 km jaraknya dari kota itu. But how to get there? Jadi kalau dari Ho Chi Minh mau ke Angkor Wat bisa lewat Phnom Penh dulu, dengan waktu perjalanan Ho Chi Minh ke Phnom Penh sekitar 6-7 jam. Lalu dari Phnom Penh ke Siem Reap (kota terdekat dengan Angkor Wat) sekitar 6-7 jam juga. Jadi kalau langsung ngebut dari HCMC ke Siem Reap, wewww.. Pegel bangeeett dunkk 14 jam perjalanannn...

So dari Ho Chi Minh City, gw dan teman gw naik Bus Mekong Express, yang udah kami pesan dari sini. Enaknya, ketika melewati imigrasi, petugas bus yang kami tumpangi yang mengurus proses imigrasi. Jadi tinggal menunggu dipanggil saja.

Di Phnom Penh, kami menginap di Zing Hotel. Berhubung diantarnya pas malam, agak-agak creepy karena dari jalan raya, belok ke kiri ke jalan kecil dulu. Tapi ternyata pas dilihat pas pagi hari, ungu dan unyu juga nih hotel.
Zing Hotel

Penampakan dalam kamar Zing Hotel 

Yang kontras itu di depan Hotel itu lahan semi terminal gitu, jadi banyak supir-supir dan tukang-tukang bercokol disitu

Lahan di depan Zing Hotel

Sesampainya di kamar hotel, pas nyalain TV, jreng.. jreng.. Berita yang muncul adalah bom Bangkok, yang baru saja kejadian 1 jam sebelumnya. Kaget banget, soalnya dalam 3 hari kami bakal pergi ke Bangkok.

Ketar-ketir campur lapar, akhirnya kami makan dulu di restoran India depan Hotel sambil menenangkan hati. Ketemu dengan Mbak Joke dari Belgia, membahas berbagai macam masalah termasuk bom itu. Lalu, kami kembali ke hotel dan tidur.

Day 4
Berhubung di Phnom Penh, kami hanya numpang transit sebelum naik Bus lagi ke Siem Reap, maka tidak pergi ke banyak tempat. Pagi-pagi kami naik tuk-tuk ke Genoside Museum, yaitu bekas sekolah yang dijadikan penjara atau S.21 ketika rezim Khmer Merah berkuasa.

Genocide Museum atau Tuol Seng Museum ini awalnya adalah sekolah menengah umum di Phnom Penh. Pada 17 April 1975, Pemerintahan di bawah Pol Pot mengubah sekolah ini menjadi penjara yang disebut dengan S.21 (Security Office 21), dan menjadi penjara terbesar di Kamboja. Namun tempat ini tak hanya penjara, namun juga tempat penyiksaan bagi ribuan tahanan yang ada disini. 
Sekilas tentang Khmer Merah: Jadi pada tahun 1975, Kamboja dikuasai oleh rezim di bawah kepemimpinan Pol Pot. Sebenarnya secara resmi rezim ini hanya berdiri selama 3 tahun 8 bulan. Namun, dalam masa pemerintahan dari Pol Pot tersebut, 3 juta dari 8 juta rakyat Kamboja tewas, baik akibat kelaparan atau tewas disiksa.

Genoside Museum

Dari Genoside Museum, maka lanjut ke Royal Palace.  Sayangnya gw cuma masuk sendiri, karena Tongky pakai celana pendek. Ternyata ke Royal Palace ini tidak boleh memakai celana pendek atau baju tanpa lengan ke dalam. Hiks, padahal udah bayar buat berdua. 

Royal Palace

Dari Royal Palace kami naik Tuk Tuk untuk pergi ke Wat Phnom. Untuk harga Tuk Tuk sendiri, kalau dekat biasanya USD 3, sedangkan kalau jauh dikit USD 5.

 
Wat Phnom
Sesudah dari Wat Phnom, kami balik ke Hotel untuk menunggu pick-up dari Mekong Express untuk ke pangkalan Bus dan pergi ke Siem Reap. Berangkat dari Siem Reap jam 1 siang, kami sampai di Siem Reap jam setengah 7 malam. Itu pun setelah melewati accident ngegilas sapi di tengah jalan :((

Catatan untuk Phnom Penh:
  • Kalau kesini, sebenarnya bisa sekalian ke ke Killing Fields di Choeung Ek. Tapi jaraknya lumayan jauh, kira-kira 30 km. Jadi pas kemarin kesana gak sempat untuk pergi kesana.
  • Sebenarnya Kamboja ada mata uang sendiri, tetapi transaksi kebanyakan pakai USD kalau dengan Turis. Rate nya pada saat kesini 1 USD = 4000 riel. Karena makannya di tempat India itu, sekali makan bisa 6 USD-an untuk berdua. Hiks, lumayan nguras dompet juga.
Berhubung agak panjang, jadi perjalanan di Siem Reap akan dibahas di Jalan-Jalan di Kamboja Part II. 

Kalau ada yang mau itinerary-nya, bisa didownload disini. Tabik!
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments

Akhirnyaaa, ada waktu lagi buat melanjutkan postingan inii.. So, sebagaimana yang telah dibahas disini, gw akan membahas tentang perjalanan ke Ho Chi Minh City (HCMC) dalam tulisan ini.

Day 1
Ho Chi Minh City, salah satu kota terbesar di Vietnam. Bukan Ibukota dari Vietnam, namun memegang peranan penting dalam perekonomian negara ini.

Singkat cerita, untuk pergi ke HCMC, gw dan teman gw naik AirAsia terlebih dahulu dari Bandung ke KL. Baru dari KL lanjut lagi dengan AirAsia ke HCMC, dengan jadwal seperti ini:
08.30-11.40 : Bandung - KL
14.55-15.50 : KL-HCMC 

Ketika mau mendarat di Tan So Nhat Airport (bandara dari Ho Chi Minh City), pesawat yang gw tumpangi harus berputar-putar dulu di udara sekitar 40 menit karena HCMC hujan. Agak-agak parno sih itu sebenarnya, untungnya akhirnya bisa mendarat dengan selamat dan mendarat kira-kira jam 5 sore. Horeeee..

Sesampainya di airport, gw dan teman gw, Desty (called by Tongky), naik taksi Mailingh, salah satu taksi recommended kedua di HCMC, yang pertama adalah VinaSun Taxi. Taksi lain kurang recommended karena sering tidak menggunakan argo. Yahh.. Jadi VinaSun dan Mailingh ini kalau disini mungkin kayak Blue Bird dan Express kali yaa...

Lalu, sampailah kami di Hotel kira-kira pukul setengah 7 malam, Yellow House Saigon Hotel. Kalau dari segi kenyamanan dkk, udah pas banget, tapi ternyata lokasinya agak jauh dari keramaian, minimart, dan daerah backpack. Jadinya kalau kemana-mana harus jalan kaki dulu agak jauh.
Yellow House Saigon

 
Kamar di Yellow House Saigon Hotel

Berhubung udah lapar berat, akhirnya kami pergi ke daerah Benh Tanh buat cari makan. Dan.. Jalanannyaaaaa..!! Oh my god! Jakarta kalah ramaiiiii motornyaaa.. Sumpah, mau nyebrang aja serem bangettt, ga berani gw, jadi setiap penyeberangan, dengan sigapnya gw selalu menumbalkan teman gw, buat jalan duluan di samping, so gw nyebrang ngikut dia aja, dududududu...

Ini hitungannya lagi gak rame sebenarnya

Setelah sibuk nyebrang sana-sini, kami lanjut cari makan di daerah Ben Tanh, dimana ada restoran Pho yang terkenal namanya Pho2000. Harga yaa lumayan sihh.. 80.000 VND kalau ga salah ingat (sekitar Rp 60.000), tapi rasanya enak bangeeeet, apalagi yang Seafood. Mirip Tom Yam gitu asamnya. Rasanya segala capek langsung hilang gara-gara Pho ini.
Pho rasa Seafood, lebih enak dari yang daging biasa 
(aduh lihat fotonya aja jadi pengen lagi)

Beres makan, kami muter-muter di daerah Benh Tanh Market. Walau pasarnya sendiri sudah tutup kalau malam, tapi ada pasar malam di sampingnya. Catatan untuk para shopper: harga barang di pasar malamnya ternyata lebih murah dari harga pasar di Benh Tanh yang versi pagi.
Benh Tanh Market

Beres muter-muter, ternyata kami nemu satu jalanan isinya banyak makanan halalnya dan dekat banget ma Benh Tanh. Yah lumayan buat besok-besok, bisa makan disini.
  
Daerah makanan halal dekat Benh Tanh
 
Lokasi  tempat makan halalnya. Ada Pho 2000 juga

Day 2
Untuk hari kedua ini, kami sudah memesan Cu chi Tunnel Tour for Half Day, dengan meeting point depan Central Office yang letaknya berseberangan dengan Notradame Catredal. Sekalian deh foto-foto.
 Yang lagi foto pre wed di depan Central Office
(Actually Central Office Building is right behind me, it's not the building that captured in this photo)

Untuk Cu Chi Tunnel ini, kami satu tour dengan 6 orang lainnya, naik mini bus yang sudah disediakan oleh UrbanAdventures (EO tur-nya). Sebelum ke Cu Chi Tunnel, kami diajak berkunjung ke rumah lokal dulu. Dimana kami diajari cara membuat rice paper, seperti gambar di bawah:

Kata si ibu setempat itu, semakin bagus rice papernya, menandakan semakin pintar masak yang bikin.

Penampakan Rice Paper. Tebak buatan gw yang mana!

Oke sebenarnya foto sebelumnya (gw ma si ibu) itu sebenarnya percobaan kedua gw setelah semua peserta udah bikin. Percobaan pertama hasilnya adalah rice paper yang nomor pertama dari kiri (iyaaa yang bolong ituu graooo). Gak terima gwww dibilang gak bisa masak (which is true.. really really true by the way buahahaha). Tapi gw gak pantang menyerah, tetap mencoba, dan percobaan selanjutnya ternyata hasilnya bagus kok!

Setelah itu..
Ternyata peserta tur juga diajak memberi makan babi, yang gw rasa lebih serem daripada main sama ular kobra.. Dan gw cuma bisa usaha sebaik-baiknya biar gak kena ludah babi nya (boleh kan ya kalau ngasih makan babi?).

Dari rumah lokal, kami beranjak ke Cu Chi Tunnel. Terowongan yang digunakan oleh orang Vietnam bersembunyi selama diserang US. Orang Vietnam sendiri membagi masa perang setelah deklarasi kemerdekaan menjadi 2: French War (1946 - 1954) dan American War (1954 - 1975).

Note: Sebelum ke Cu Chi Tunnel, sebaiknya baca-baca dulu tentang Perang Vietnam. Karena ketika on the spot yang ada gw malah agak bingung apa bedanya South Vietnam ma Vietkong. Sama atau enggak ya.  Kan jadi kurang mudeng pas dijelasin.

Temen gw, Tongky, nyoba masuk ke lubang terowongan

Di Cu Chi, kami juga beneran masuk ke dalam terowongannya, yang sebenarnya kita bisa jalan terus sampai 150 meter. Tapi ternyata disini gw menemukan salah satu ketakutan gw, yaitu jalan di terowongan kecil bawah tanah. Serem, takut kejebak, jadinya baru 20 meter udah minta keluar, hehe.

Sekilas tentang Cu Chi Tunnel. Pada saat peperangan tersebut, banyak keluarga yang bersembunyi dalam terowongan-terowongan bawah tanah. Awalnya setiap keluarga memiliki terowongan masing-masing, lalu pada akhirnya terowongan tersebut menjadi saling terhubung. Terowongan ini sendiri bisa sampai 3 level di bawah tanah.
Sedalam itu terowongannya

Yang sedihnya yaitu hampir seluruh bayi yang lahir dalam terowongan ini (ya betul, sampai melahirkan dalam terowongan), tidak ada yang bertahan hidup.  Karena mereka benar-benar tidak boleh bersuara, sehingga kalau ada suara tangis pun harus ditutupi. Salah satu quotenya yaitu: kalau anak hilang, masih bisa ada yang baru. Tetapi kalau Vietnam hilang, maka hilanglah semua.

Untuk menemukan jawaban lebih jelas tentang kisah peperangan yang terjadi di Vietnam, setelah dari Cu Chi Tunnel yang kira-kira 1 jam perjalanan dari kota, kami pergi ke War Museum yang berlokasi di tengah kota. Di museum ini, dijelaskan tentang perjalanan perang di Vietnam. Tapi sayangnya, kisah background perangnya kurang gamblang. Jadi gw sebagai orang yang kurang mengerti sejarahnya, jadi agak menerka-nerka, siapa lawan siapa, siapa di-backing siapa. So, before you go to Cu Chi and this museum, I recommend you to read about Vietnam History before.

Yang lucu sebenarnya, di War Museum, pas di depan ticket booth, ternyata ada Tika Panggabean ma salah satu personil Project Pop. Masalahnya adalahhhh.. Gw gak inget namanya siapa...

Jadi sementara teman gw beli tiket, gw dengan keahlian gw yaitu Obvious Face (lawannya Poker Face, alias ekspresi muka menggambarkan jelas ekspresi hati), sibuk ngelihatin Mas2 Project Pop. Si Mas-mas ngeliat gw juga.

Gw       : (sambil megang kamera dalam tas, ma mikir minta foto apa enggak, foto nggak)
Mas Project Pop (PP): Ngeliatin gw ngeliatin dia
Gw        : (still thinking)
Mas PP : (kayaknya kesian akhirnya nanya duluan) Orang Indonesia juga mbak?
Gw        : Iyaaa...
Mas PP : Berapa lama disini?
Gw        : Masih lama, mas. Mau ke Kamboja ma Thailand dulu (siapa gw, manggil-manggil mas)
Mas PP : Ooo keren.. keren..
Gw        : Mau kemana aja disini, mas?
Mas PP  : Ada acara nikahan
Gw         : Oooo
Mas PP  : Okee duluan masuk yaa
Gw         : Oiya mas (sambil tangan tetap dalam tas megang kamera, hahahha)
Akhirnya mas itu pergi, dan gw tetap ga inget namanya siapaaaaa..

Setelah googling, ternyata Mas PP adalah Udjo... Maaf yaaa Mas Udjooo, saya malah lebih hafal anggota Super Junior daripada Project Popppp.
Ini dia tersangkanya. Tapi, ternyata aslinya lebih putih, ganteng, dan tinggi lho!

Balik lagi ke topik War Museum. Disini selain membahas sejarah, juga diperlihatkan korban-korban dari perang Vietnam. Bagian yang paling sedih terutama Gallery berisi foto-foto korban Agent Orange. Jadi Agent Orange itu adalah sebutan untuk herbisida yang disebar ke Vietnam oleh USA untuk menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai tempat bersembunyi. Dampaknya membuat tumbuh-tumbuhan mati, hewan-hewan mati, dan ternyata sangat berbahaya bagi tubuh manusia, menyebabkan kanker, cacat tubuh, dan berbagai penyakit. Bahkan sampai ke keturunannya.
Penyebaran Agent Oranye

Dari sini, gw merasa bersyukur sebenarnya, bahwa ternyata proses kemerdekaan di Indonesia, walau berliku-liku, namun tidak perlu melalui perang-perang besar seperti ini, yang memakan korban sangat banyak dan mengorbankan banyak jiwa. I don't know yet why our country, with this large area, various kind of tribes, different ideologies and many kind of interests, but could be united into one Indonesia, without this kind of journey. Yes of course there were a lot of turbulation. But still, astonishing really. And Vietnam, they really through a hard journey to become they are now. In that way, we are, Indonesian, and also Vietnamese, should be gratefull to all the freedom that we have today.
 
Kembali ke kisah perjalanan, dari War Museum, kami pergi ke Reunification Palace. Alkisah ini adalah rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan selama Perang Vietnam dan tempat penyerahan kekuasaan resmi selama Kejatuhan Saigon pada tanggal 30 April 1975 (Info from here). Anyway, setelah dari istana ini, karena udah geurah banget, akhirnya kami balik ke hotel dulu buat ngadem.

Malam-malam kami jalan-jalan di terusan jalan dekat hotel, yang ternyata daerah Backpack, yaitu di Pham Ngu Lao. Berhubung udah geje jalan daerah situ, akhirnya kami naik taksi ke City Hall.

Patung Uncle Ho di depan City Hall

Ternyata daerah City Hall ruameee banget, kayak Monas kalau malam minggu.
Lapangan depan Patung Uncle Ho

Karena penasaran ma patung Uncle Ho, setelah gw gooling-gooling, ternyata Uncle Ho itu nama lengkapnya yaitu Ho Chi Minh. Oalah, ternyata nama Ho Chi Minh itu dari nama beliau. Uncle Ho ini adalah Presiden pertama Vietnam yaitu dari tahun 1951-1969. Beliau adalah Founding Father Vietnam, seperti George Washington atau Soekarno-nya Vietnam.

Doeng banget kan gw, ke Ho Chi Minh, tapi gak tahu kalau ternyata itu nama pendiri negaranya. Udah kayak ke Washington DC, tapi gak tahu kalau itu dari nama George Washington.

Day 3
Hari terakhir kami pergi ke Benh Tanh Market lagi, mumpung masih ada waktu sebelum naik Bus ke Phnom Penh. Catatan untuk para shoppers: di Benh Tanh ini mahal bangeeeettt.. Lebay deh harganyaaa.. Susah juga nawarnya. Kalau ada yang mau lanjut dari Vietnam ke Kamboja, mending belanja di Kamboja. Atau yaaa beli yang khas aja.. Tapi jangan lupa dipertimbangkan kalau di Kamboja, segalanya pakai USD. So, depends on the rate juga.

Anyway, di Benh Tanh Market, gw dikira orang Malaysia terus. "Tengok kakak.. Tengok dulu kakak" panggil para penjual ke gw. "Bisa pakai ringgit kakakkkk, siniii" kata mereka.. Yeee.. Kagak punya ringgit keleus gw..

Beres dari Benh Tanh, main-main di taman dulu bentar, sambil fitness dulu ma warga setempat.
Fitness biar tetap cihuy
Siangnya kami balik ke Hotel, Check Out,  naik taksi ke pangkalan Cat Mekong Express Bus di Pham Ngu Lao, dan cuss pergi ke Phnom Penh. 
Kira-kira, begitulah kisah singkat perjalanan di HCMC. Untuk tulisan selanjutnya, akan berisi perjalanan gw di Kamboja (gaya).

Tentang Ho Chi Minh City:
  • Transportasi agak susah, jadi dikit-dikit harus jalan kaki atau naik taksi
  • Makanan Vietnam ada daun entah apa, yang wangi-wangi di dalamnya. Dan gw gak sukaaaa.. Tapi apa daya, udah kayak daun bawang gitu, ada dimana-mana.
  • Untuk Cu Chi Tunnel Tour, bookingnya dari sini.
  • Sebenarnya masih ada 1 tempat lagi yang pengen dikunjungi yaitu Mekong Delta.. Yahhh next time deh kalau ke Ho chi minh lagi
  • Pengen tahu juga konlik di Perang Vietnam dulu, tapi gw harus baca-baca dulu. Nanti gw bahas lagi kl udah lebih ngerti. 
Kalau ada yang mau itinerary-nya, bisa didownload disini. Tabik!
Share
Tweet
Pin
Share
37 comments
Newer Posts
Older Posts

About me


About Naila
Halo, saya Naila Fithria, penulis blog ini.
Tukang jalan-jalan dan tukang galau juga:)
Anyway, selamat datang dan selamat membaca blog ini. Tabik!

The other me

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Through the years

  • ►  2020 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  October (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ▼  2015 (13)
    • ▼  September (5)
      • My Bad Habbit
      • Jalan-jalan ke Bangkok
      • Jalan-jalan ke Kamboja Part II: Siem Reap
      • Jalan-jalan ke Kamboja Part I: Phnom Penh
      • Jalan-jalan ke Ho Chi Minh City
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (7)
    • ►  June (2)
    • ►  May (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2009 (20)
    • ►  December (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (6)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (17)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (3)
  • ►  2007 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)

Naila's Timeline

Loading...

Created by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates